LAPORAN PUM MSDH
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
belakang
Cendana (Santalum album Linn) merupakan jenis tanaman
endemik provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Saat ini penyebaran cendana di NTT
meliputi Flores Timur,
Adonara, Solor, Lomblen, Alor, Pantar, Rote, Timor Barat, Timor Timur, Sumba
dan Wetar. Berdasarkan inventarisasi Dinas Kehutanan di NTT,
kabupaten-kabupaten yang masih tercatat menghasilkan Cendana sampai tahun 1995/
1996 adalah 6 kabupaten yakni Kupang, Timor Tengah Selatan (TTS), Timor Tengah
Utara (TTU), Belu, Sumba Barat dan Sumba Timur. Adapun manfaat dari cendana
yaitu dapat diolah menjadi berbagai barang kerajinan, berkhasiat sebagai
penghalus kulit, peluruh keringat, pereda kejang, pencegah mual, pengharum
ruangan, pereda sakit perut, sakit kepala, dan daunnya untuk obat sakit demam.
Pohon asli yang banyak ditemukan
di Pulau Timor selain cendana adalah kayu merah (Pterocarpus indicus willd).
Kayu merah merupakan tanaman endemik Nusa Tenggara Timur, yang mempunyai kelas
awet II dan kelas kuat 1 (Anonim, 2008). Kayu merah termaksud kayu keras
sedang, berat-sedang, liat dan lenting. Sebaran kayu merah di NTT yaitu di
daerah Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara dan Kabupaten Kupang. Adapun
manfaat dari kayu merah yaitu untuk mengobati luka ringan, kulit kayunya untuk
mengobati disentri, daun dan getah kayu merah digunakan untuk mengobati demam,
disentri, sakit gigi, dan sakit paru-paru. Isnawati (2006), tanaman kayu merah memiliki
banyak manfaat sebagai obat teradisional terutama dari ekstra kulit kayu.
Pembibitan tanaman hutan merupakan suatu kegiatan untuk menghasilkan
bibit atau memproduksi bibit. Pembibitan tanaman hutan dilakukan untuk
menyediakan bibit yang digunakan untuk merehabilitasi tempat-tempat terbuka,
sehingga dapat mempercepat proses penutupan tanah, yang pada akhirnya akan
menurunkan laju erosi. Pembibitan tanaman hutan seperti cendana ( Santalum album Linn) dan kayu merah (Pterocarpus indicus willd) merupakan
salah satu tahapan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan bibit bagi kegiatan
penanaman, baik rehabilitasi maupun pengkayaan lahan, guna mengembalikan
kondisi hutan agar mendekati kondisi sebelumnya. Adapun tujuan dari pembibitan
tanaman hutan adalah untuk mendapatkan kualitas bibit yang baik dengan ciri
memiliki tinggi 30 cm, sehat dan tidak diserang oleh hama penyakit, serta akarnya
tidak menembus polybag. Bibit yang sehat merupakan salah satu faktor yang mendukung
kegiatan pelestarian flora sehingga tidak terjadi kepunahan.
Pembibitan tanaman hutan seperti cendana dan kayu merah dilakukan saat
ini adalah untuk melestarikan populasi kayu merah dan cendana yang hampir punah
dan untuk merehabilitasi lahan yang ada di Propinsi NTT. Untuk mendukung
kegiatan pelestarian jenis dan rehabilitasi lahan tersebut dilakukan kegiatan
pembibitan tanaman hutan melalui proyek usaha mandiri (PUM). Kegiatan proyek
usaha mandiri (PUM ) adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara mandiri oleh
setiap mahasiswa mulai proses produksi sampai dengan pemasaran. Tujuan pum
adalah untuk melatih mahasiswa dalam berwirausaha.
1.2
Tujuan
Tujuan Proyek Usaha Mandiri (PUM)
adalah:
1. Mengetahui
teknik budidaya tanaman cendana (Santalum
album Linn) dan kayu merah (Pterocarpus
indicus Willd)
2. Mengetahui
kelayakan usaha tanaman cendana (Santalum
album Linn) dan kayu merah ( Pterocarpus
indicus willd)
1.3 Manfaat
1. Sebagai
informasi tentang cara budidaya tanaman cendana (Santalum album Linn) dan
kayu merah (Pterocarpus indicus willd)
2. Sebagai
informasi tentang kelayakan usaha budidaya tanaman cendana (Santalum album) dan kayu merah (Pterocarpus indicus willd)
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Taksonomi, Bioekologi dan Kegunaan Tanaman
2.1.1
Taksonomi Cendana
Lawrence dalam Hermawan (1993) mengklasifikasikan
cendana Sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermathophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Santalales
Famali : Santalaceae
Genus :
Santalum
Spesies : Santalum album Linn.
2.1.2
Bioekologi Cendana
Cendana tumbuh di tanah yang panas dan kering terutama di
tanah yang banyak kapurnya pada ketinggian hingga 1.200 m dpl. Cendana
merupakan tumbuhan hemiparasit (setengah parasit) yaitu bersifat parasit hanya
dalam sebagian tahap perkembangannya. Pada awal masa pertumbuhannya kecambah
pohon cendana membutuhkan pohon inang untuk mendukung pertumbuhannya.Karena
perasyarat inilah cendana sukar dikembangbiakkan atau dibudidayakan.
Cendana dapat tumbuh di daerah tepi laut hingga daerah
pegunungan pada ketinggian 1.500 meter dari permukaan air laut dengan curah
hujan antara 500-3.000 milimeter per tahun. Kondisi optimal untuk pertumbuhan
adalah pada ketinggian antara 600-1.000 meter di atas permukaan air laut dan
curah hujan antara 600-1.000 milimeter per tahun dengan bulan kering yang
panjang antara 9-10 bulan. Cendana yang tumbuh di daerah dengan curah hujan
tinggi tidak menghasilkan kayu dengan kualitas bagus walaupun secara vegetatif
tumbuhnya memuaskan. Suhu udara yang mendukung pertumbuhan cendana antara 10-35
derajat celcius. Pada tingkat semai cendana sangat peka terhadap suhu tinggi
dan kekeringan sehingga tanaman cendana sangat membutuhkan naungan sekitar
40-50 persen. Sedangkan lingkungan yang dibutuhkan, semai cendana mudah
ditemukan di bawah lantai hutan ampupu (Eucalyptus urophylla), hue (Ecalyptus
alba), atau kabesak (acacia leucophloea). Dari tingkat semai hingga umur 3-4
tahun naungan yang dibutuhkan semakin berkurang. Cendana dewasa bahkan
membutuhkan intensitas cahaya matahari tinggi. Cendana dewasa pada umumnya
ditemukan di pinggiran atau tepi kawasan hutan, dan sangat jarang ditemukan
dalam hutan lebat.
Kondisi tanah yang sesuai untuk pertumbuhan cendana adalah
berdrainase baik (umumnya di lahan kering), bertekstur lempung (sedang) dari bahan
induk batu (topografi karst), batu pasir gampingan, batu lanau maupun vulkanik
basa dan tanahnya dangkal. Pada tanah dangkal, berbatu-baru dan kurang subur,
cendana dapat tumbuh dan menghasilkan kayu dengan kualitas terbaik.Tanaman
cendana dapat tumbuh dengan baik pada kondisi iklim yang kering, pada daerah
dengan curah hujan rata-rata antara 625–1625 mm/thn.
2.1.3
Kegunaan Cendana
Kayu cendana dapat diolah menjadi berbagai barang
kerajinan. Salah satu industri kecil Sari Wangi di Kupang telah menghasilkan barang
cinderamata dengan pengelolaan yang sederhana. Selain barang cinderamata, usaha
ini juga menghasilkan limbah kayu cendana yang serpihan potongannya tidak
beraturan. Serpihan kayu cendana sangat kuat dan kenyal sehingga sukar untuk
diolah lebih lanjut. Pengolahan lanjut limbah kayu ini menjadi serbuk dapat
digunakan untuk membuat hio, dupa, atau wewangian lain. Hermawan (1993)
menyebutkan bahan-bahan sintesis belum mampu mengeser kedudukan cendana dalam
industri parfum maupun industri barang ukir-ukiran, kipas, patung dan
sebagainya.
Kayu cendana berkhasiat sebagai penghalus kulit,
peluruh keringat, pereda kejang, pencegah mual dan daunnya untuk obat sakit
demam. Untuk menghaluskan kulit dipakai kayu cendana yang sudah kering diserut
halus lalu ditumbuk dan ditambah air hingga menyerupai pasta, kemudian
dilulurkan ke seluruh badan, setelah kering dibasuh dengan air bersih. Alasan utama eksploitasi cendana
adalah minyak yang terdapat di kayu terasnya. Minyak ini banyak digunakan untuk
industri parfum, sabun, aromaterapi, obat-obatan dan lain-lain. Minyak ini
memiliki aroma yang sangat harum sehingga sering dijuluki ratu minyak-minyak
esensial.
2.2.
Taksonomi , bioekologi, kegunaan kayu merah
2.2.1
Taksonomi Kayu Merah
Adapun
klasifikasi kayu merah (Pterocarpus
indicus Willd) Menurut USDA (United States Departemen of agriculture, 2009)
Kingdom
: Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyte
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Dicotyledons
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Pterocarpus
Spesies : Pterocarpus indicus Willd
2.2.2
Bioekologi Tanaman Kayu Merah
Kayu merah
banyak ditemukan di hutan primer dan beberapa hutan skunder, dataran rendah,
umumnya di sepanjang sungai pasang surut dan pantai berbatu. Kayu merah dibudidayakan
di daerah tropis dan merupakan jenis pionir yang tumbuh baik di daerah terbuka.
Tumbuh pada berbagai macam tipe tanah, dari yang subur ke tanah berbatu.
Biasanya ditemukan sampai ketinggian 600 m dpl, namun masih bertahan hidup
sampai 1.300 m dpl. (Joker, dalam Anonim, 2012). Tempat yang ideal untuk
pertumbuhan kayu merah adalah dengan ketinggian 100-700 m dpl,curah hujan
850-1875 mm/tahun, banyak sinar matahari, temperature 20-35ﹾ C, dan jenis tanah mediteran, alluvial dan kadungan tanah
liat tinggi.
2.2.3
Kegunaan Kayu Merah
Kayu merah
biasanya digunakan oleh masyarakat Timor, NTT sebagai tiang rumah bulat ( rumah
tradisional masyarakat setempat). Kayu ini digunakan karena tahan terhadap
serangan hama atau serangga penggerek. Kayu merah juga digunakan untuk kusen
bagi rumah permanen atau menetap ( Sumanto dan Takandjandji, 2010). Kayu merah
dimanfaatkan sebagai obat-obatan, bagian kayunya dimanfaatkan sebagai obat
ginjal dan sariawan ( obat kumur). Bagian daun kayu merah yang masih mudah
digunakan untuk menyembuhkan bisul ( obat luar) dan kencing manis, sedangkan
getahnya digunakn untuk obat sariawan mulut dan penyembuhan luka ( Hayati,
1990)
2.3.
Pembibitan
2.3.1. Defenisi
pembibitan
Pembibitan merupakan suatu kegiatan untuk menghasilkan bibit atau
memproduksi bibit. Pembibitan tanaman hutan dilakukan untuk menyediakan bibit
yang digunakan untuk merehabilitasi tempat-tempat terbuka, sehingga dapat
mempercepat proses penutupan tanah, yang pada akhirnya akan menurunkan laju
erosi. Untuk mendapatkan bibit yang baik maka perlu dilakukan persemaian
terlebih dahulu. Persemaian merupakan tempat atau areal untuk memproses benih
atau bagian tanaman lain menjadi bibit yang siap ditanam ke lapangan. Benih
yang baik apabila diproses dengan teknik persemaian yang baik sehingga akan
menghasilkan bibit yang baik pula, tetapi benih yang baik akan menghasilkan
bibit yang kurang baik apabila diproses dengan teknik persemaian yang tidak
sesuai. Bibit yang berkualitas dalam jumlah yang cukup dan tepat waktu akan
diproses apabila teknik persemaian dilakuakan sesuai dengan prosedur yang sudah
baku (Jayusman,2005). Salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan
penanaman adalah ketersediaan bibit berkualitas. Bibit berkualitas ditandai
oleh kemampuannya beradaptasi dengan lingkungan baru, dapat tumbuh dengan baik
jika ditanam di lapangan, sehat, dan seragam. Oleh sebab itu , bibit yang akan
ditanam harus memenuhi mutu genetik dan mutu fisik fisiologis. (Na’iem, 2000).
Mutu genetik menginformasikan tentang asal sumber benih, dengan
demikian, mutu genetik akan berhubungan langsung dengan kualitas pohon yang
dijadikan sebagai penghasil benih untuk pembibitan. Jika pohon induk yang
digunakan berkualitas baik, maka akan lebih berpeluang akan menghasilkan anakan
yang baik, demikian juga sebaliknya. Sedangkan mutu fisik fisiologis
menginformasikan tentang kondisi fisik bibit, antara lain kondisi batang,
kesehatan bibit, tinggi, diameter, dan kekompakan media. Mutu fisik fisiologis
akan terkait dengan rangkaian kegiatan pembibitan yang dilakukan. Oleh
karenanya, rangkaian kegiatan pembibitan yang tidak benar akan berdampak pada
kualitas bibit. Untuk itu perlu dikuasai teknik pembibitan yang baik mulai dari
penyimpan sarana dan prasarana pembibitan, pengadaan benih, penyimpanan media
kecambah dan sapih, perlakuan benih, penyimpanan, pemeliharaan bibit di
persemaian, hingga seleksi bibit untuk penanaman.
2.3.2. Pembibitan
Cendana
Budidaya
tanaman cendana dapat dilakukan dengan cara perkembangbiakan generatif maupun
vegetatif. Perkembangbiakan cendana secara generatif dilakukan dengan biji.
Namun, viabilitas biji cendana cepat menurun sehingga upaya pembudidayaan sulit
dilakukan. Perkembangbiakan cendana secara vegetatif dapat dilakukan dengan
stek akar, yang dilakukan dengan melukai akar dan menggunakan trubusan yang
tumbuh dari luka tersebut sebagai stek. Dengan sistem stek bibit yang
dihasilkan genotipnya telah diketahui dan dapat dibuat pada waktu yang
diperlukan. Hal hal yang diperhatikan dalam pembiakan vegtatif dengan cara
stek, antara lain umur stek, media, intensistas cahaya, teknik pemotongan, dan
konsesntrasi hormon yang digunakan (Abidin, 1985).
Untuk
mendapatkan bibit cendana yang bagus maka benih yang digunakan juga harus baik.
Syarat benih cendana yang bagus yaiu: benih cendana berasal dari sumber benih
yang bagus, dan tidak diserang penyakit. Cara memperoleh benih bagus maka harus
dilakukan penyelesian benih terlebih dahulu, agar dapat mengetahui benih
cendana mana yang layak untuk dijadikan sumber bibit. Cendana dapat tumbuh
dengan baik pada lahan yang berbatu- batu serta memilihki tekstur lempung,
dengan isolum tipis, kesaman pH netral hingga alkalis dan juga harus perairan
yang baik.
Proses penyeleksian
benih sangat penting dalam memilih benih yang baik. maka proses yang berikutnya
adalah perlakuan benih. Perlakuan benih merupakan suatu proses yang dilakukan
untuk merangsang perkecambahan cendana sehingga dapat tumbuh dengan cepat (Rahayu,
2002). Setelah diberikan perlakuan maka pada saat memilih benih yang direndam
tersebut harus memilih benih yang tenggelam, karena mutu dari benih cendana
yang tenggelam lebih bagus dibandingkan cendana yang terapung diatas air.
2.3.3. Pembibitan
Kayu Merah
Perbanyakan
kayu merah dapat dilakukan secara vegetatif yaitu dengan (stek batang) dan
generatif dengan menggunakan (biji). Pembiakan secara vegetatif sangat
ditentukan oleh umur pohon induk ukuran stek, keadaan udara, intesitas cahaya
dan cuaca /konsesntrasi hormon yang digunakan.
Perbanyakan
dengan cara generatif umumnya sering mengalami kendala pada lambatnya
pertumbuhan bibit kayu merah. Salah satu upaya untuk mempercepat pertumbuhan
bibit kayu merah adalah dengan teknik pemupukan yang tepat dan dosis yang tepat
pula. Setiap unsur hara akan mempunyai peranan khusus dalam metabolism tanaman.
Menurut Wayan dan Efendi (1995), semakin besar umur bibit sewaktu dilakukan
pemupukan semakin besar pula pertumbuhan tinggi bibit yang dihasilkan.
Perkecambahan bibit juga dipengaruhi oleh asal usul benih yang dikumpulkan.
Biji yang
berkualitas baik memang agak sulit didapatkan. Ciri biji yang baik untuk
dikecambahkan adalah berwarna merah mudah dan besar,bila direndam dalam air
benih akan tenggelam. Karena biji yang rusak sebaiknya jangan digunakan untuk
perkecambahan, cirinya adalah sebagian besar rusak, berwarna hitam atau merah
tua dan kosong karena dimakan oleh hama serta mengambang di air bila direndam.
Menurut Kamil (1979) dalam Wayan (1995) menjelaskan bahwa buah yang dikumpulkan
pada saat fisiologis akan mendapatkan kualitas benih yang maksimum, transfer
zat makanan yang akan disimpan didalam biji dihentikan. Biji yang sudah masak
fisiologis mempunyai berat kering maksimum dan daya kecambah maksimum.
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Waktu dan Tempat Kegiatan Pelaksanaan PUM
Pembibitan tanaman hutan cendana (Santalum album Linn) dan kayu merah (Pterocarpus
indicus willd ) dilaksanakan pada bulan September sampai dengan Januari 2017
yang bertempat di kebun praktek Program studi
Manajemen Sumber Daya Hutan, Jurusan Manajemen Pertanian Lahan Kering,
Politeknik Pertanian Negeri Kupang
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
Alat yang digunakan dalam kegiatan budidaya Cendana (Santalum album Linn) dan kayu merah (Pterocarpus indicus willd) adalah
1. Parang : untuk membersihkan
lahan persemaian dan membuat patok persemaian
2. Sekop : untuk mencampur
pasir , bokasi dan tanah
3. Gembor : untuk menyiram.
4. Ember : untuk mengukur
pasir, bokasi, dan tanah yang akan dijadikan media
5. Gunting : untuk menggunting akar
tanaman
3.2.2 Bahan
Bahan yang dibutuhkan dalam membudidayakan cendana (Santalum album Linn) dan kayu merah (Pterocarpus
indicus wiild) adalah :
1. Tanah : sebagai media tanam cendana dan
kayu merah
2. Pasir : sebagai
media tanam kayu merah dan cendana
3.
Bokashi : sebagai penambah unsur
hara
4.
Polybag :
sebagai media tumbuh
5.
Benih
Cendana : bahan untuk
menghasilkan bibit
6.
Benih
kayu merah : bahan untuk
menghasilkan bibit
7.
Air : untuk menyiram
tanaman
8.
Batako
: untuk pembatas
bedeng persemaian
3.3
Prosedur Kerja dalam Kegiatan
Pelaksanaan (PUM)
Tahapan-tahapan
dalam kegiatan PUM antara lain :
1.
Penentuan lokasi persemaian
2.
Pembersihan
lokasi persemaian
3.
Pembuatan bedeng persemaian
4.
Persiapan media
5.
Pengisian polybag
6.
Penataan polybag
7.
Pembuatan bedeng tabur
8.
Perlakuan benih
9.
Penyemaian benih
10. Penanaman inang
di dalam polybag
11. Penyapihan
12. Pemeliharaan
13. Pengamatan
pertumbuhan
14. Pemasaran
15. Pembuatan
laporan
3.4 Tata Waktu Kegiatan Pum
Adapun tata waktu kegiatan PUM tentang budidaya cendana dan kayu merah
dapat dilihat pada Tabel 1
Tabel 1.Tata Waktu Kegiatan Pum
No
|
Jenis
Kegiatan
|
Perencanaan
Pelaksanaan Kegiatan / Bulan
|
|||||
Sep
|
Oct
|
Nop
|
Des
|
Jan
|
Feb
|
||
1.
|
Pembuatan
Proposal
|
|
|
|
|
|
|
2.
|
Penyediaan
alat dan Bahan
|
|
|
|
|
|
|
3.
|
Pengisian
Polybag
|
|
|
|
|
|
|
4.
|
Penyemaian
benih
|
|
|
|
|
|
|
5.
|
Pemeliharaan
|
|
|
|
|
|
|
6.
|
Pemasaran
|
|
|
|
|
|
|
7.
|
Pembuatan
Laporan PUM
|
|
|
|
|
|
|
8.
|
Seminar
dan ujian
|
|
|
|
|
|
|
BAB IV
ANGGARAN BIAYA
4.1 Sumber Biaya
Biaya yang digunakan dalam kegiatan Proyek Usaha Mandiri (PUM)
mengenai pembibitan tanaman cendana (Santalun
album Linn) dan kayu merah (pterocarpus
indicus willd) bersumber dari dana sendiri.
4.2 Biaya
4.2.1 Biaya Tetap
Biaya tetap merupakana biaya yang tidak berubah dan bukan fungsi dari
perubahan volume produksi. Dengan demikian, rincian biaya variabel sebanyak 1
kali produksi disajikan pada Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2.
Anggaran Dana Yang Dibutuhkan Dalam Biaya Tetap
No
|
Alat
|
Jumlah ( unit )
|
Total Harga ( Rp )
|
1
|
Gunting
|
1
|
10.000
|
Jumlah
|
|
10.000
|
4.2.2 Biaya Variabel
Biaya variabel merupakan sejumlah barang atau jasa yang habis dipakai dalam
satu periode produksi. Dengan demikian, rincian biaya variabel sebanyak 1 kali
produksi disajikan pada Tabel 3 berikut ini.
Tabel 3.Anggaran
Dana Yang Dibutuhkan Dalam Biaya Variabel
No
|
Nama Bahan
|
Jumlah Satuan
|
HargaSatuan
(Rp)
|
Total Harga
(Rp)
|
1
|
Tanah
|
39,8668 m3
|
25.000
|
25.000
|
2
|
Pasir
|
9,97307 m3
|
25.000
|
25.000
|
3
|
Pupuk Bohkasi
|
9,99847 m3
|
50.000
|
50.000
|
4
|
Benih Cendana
|
½ kg
|
200.000
|
200.000
|
5
|
Benih kayu merah
|
½ kg
|
50.000
|
50.000
|
7
|
Polybag ukuran 10x15
|
½ kg
|
15.000
|
15.000
|
8
|
Polybag ukuran 10x12
|
1 kg
|
30.000
|
30.000
|
Jumlah
|
330.000
|
4.3. Analisis kelayakan
usaha
4.3.1. Total Biaya
Produksi
Total biaya produksi merupakan penjumlahan dari
biaya tetap dan biaya variabel. sehingga diperoleh semua total biaya yang dikeluarkan selama kegiatan proyek
usaha mandiri pembibitan tanaman cendana dan kayu merah dapat diperoleh dengan rumus:
Total biaya produksi =
Total biaya tetap + Total biaya variabel.
=
Rp 10.000 + Rp 330.000
=
Rp 340.000
4.3.2. Total Hasil
Produksi
Total pembibitan cendana dan kayu
merah adalah 500 anakan. Dengan rincian
400 anakan cendana dan 100 anakan kayu merah
4.3.3. Total Penerimaan
Total penerimaan dari tanaman cendana dan kayu merah merupakan perkalian
antara jumlah bibit dengan harga bibit. Harga jual
bibit cendana yang ditetapkan adalah Rp 10.000/polibag sedangkan bibit kayu merah dijual dengan harga Rp
5.000/polibag.
Total penerimaan = Jumlah bibit × Harga jual / Polibag
Sehingga total penerimaan dari cendana = 400× Rp 10.000
=
Rp 4000.000
Sedangkan total penerimaan dari kayu merah = 100 × Rp 5.000
= Rp 500.000
Sehingga total penerimaan (jumlah penerimaan cendana +
jumlah penerimaan kayu
merah) kegiatan PUM ini adalah Rp 4.500.000.
4.3.3. Keuntungan
Keuntungan merupakan pengurangan antara total hasil produksi dan total biaya
produksi. Sehingga keuntungan yang didapat dari PUM ini adalah:
= Rp
4.500.000 – Rp 340.000
= Rp 4.160.000
Jadi, keuntungan yang diperoleh dalam PUM dengan budidaya
pembibitan cendana dan kayu merah adalah sebesar Rp 4.160.000
4.3.4 Analisis usaha
Analisis kelayakan usaha merupakan suatu
parameter untuk mengetahui apakah usaha pembibitan cendana dan kayu merah ini layak dilakukan. Analisis ini menggunakan R/C Ratio,
dimana apabila hasil analisis memperoleh nilai > 1 maka secara ekonomi usaha
layak dijalankan atau dikembangkan. Sebaliknya, apabila R/C Ratio memperoleh
nilai < 1 maka usaha ini tidak layak dikembangkan atau dilaksanakan.
Analisis R/C Ratio merupakan perbandingan antara total pendapatan dengan total
biaya produksi dengan persamaan :
R/C Ratio = Total Pendapatan : Total Biaya Produksi
Berdasarkan perhitungan, hasil R/C ratio usaha pembibitan
cendana dan kayu merah adalah:
= Rp 4.160.000 : Rp 340.000
= Rp. 12,2
Dengan
demikian usaha ini layak secara ekonomi untuk dilaksanakan karena biaya yang
diinvestasikan 1 akan menghasilkan Rp 12,2
BAB
V
HASIL
DAN PEMBAHASAN
5.1.Hasil
Pembibitan Tanaman Cendana (Santalum
album) Dan Kayu Merah (Pterocarpus
indicus)
5.1.1
Tanaman
Cendana (Santalum album)
Perbanyakan tanaman
cendana dilakukan secara generatif yaitu perbanyakan menggunakan biji atau
benih. Benih cendana yang ditanam sebanyak 418 biji. Dimana perbanyakan dilakukan
di bedeng tabur kemudian dipindahkan ke polybag. Benih cendana mulai ditanam
pada tanggal 1 November 2017. Rekapitulasi pertumbuhan cendana dapat dilihat
pada tabel.
Tabel 4.Pertumbuhan Tanaman Cendana
Jenis
Tanaman yang ditanam
|
Jumlah
yang ditanam
|
Jumlah
yang hidup
|
Jumlah
yang mati
|
Cendana
|
418
|
413
|
5
|
Berdasarkan tabel 2
diatas diketahui bahwa jumlah cendana yang ditanam adalah 418 benih, dan jumlah
benih yang hidup sebanyak 415 serta yang mati sebanyak 3 tanaman. Adapun
persentase tumbuh tanaman cendana dihitung dengan persamaan berikut.
% Tumbuh Kecambah =
=413/418
x 100%
=
98,80 %
Jadi persentase tumbuh untuk tanaman
cendana adalah 98,80 %. Sedangkan persentase mati tanaman cendana adalah :
%
mati cendana=
=
5 / 418 × 100 %
=1,196
%
Jadi persentase mati tanaman cendana adalah 1,196%
5.1.2
Tanaman
kayu Merah
Perbanyakan tanaman
kayu merah dapat dilakukan secara generatif dan vegetatif. Dalam kegiatan pum
ini perbanyakan tanaman kayu merah dilakukan secara generatif dimana
menggunakan biji atau benih kayu merah. Jumlah biji kayu merah yang ditanam
sebanyak 100 biji, dimana perbanyakan dilakukan langsung pada polybag. Benih
kayu merah mulai ditanam pada tanggal 5 November 2017. Rekapitulasi pertumbuhan
tanaman kayu merah dapat dilihat pada tabel.
Table
5. Pertumbuhan Tanaman Kayu Merah
Jenis tanaman yang ditanam
|
Jumlah yang ditanam
|
Jumlah yang tumbuh
|
Kayu merah
|
100 polibag
|
100 anakan
|
Berdasarkan tabel 3
diatas diketahui bahwa jumlah kayu merah yang ditanam adalah 100 benih, dan
jumlah benih yang hidup sebanyak 100 sedangkan jumlah benih yang mati tidak
ada. Adapun persentase tumbuh tanaman kayu merah yang dihitung dengan persamaan
berikut.
%
Tumbuh kayu merah =
=
100 / 100 × 100%
=100
%
Jadi,
Setelah melakukan kegiatan pembibitan tanaman kayu merah (Pterocarpus indicus willd), persentase tumbuh untuk kayu merah
adalah 100 %.
5.2.Teknik
Budidaya Tanaman Cendana (Santalum album)
Dan Tanaman Kayu Merah (Pterocarpus
indicus)
5.2.1.
Tanaman
Cendana
Kegiatan yang dilakukan
dalam teknik budidaya tanaman cendana (Santalum
album) meliputi penentuan lokasi, pembersihan lokasi, pembuatan bedeng
persemaian, persiapan media, pengisian polybag, penataan polybag, pembuatan
bedeng tabur, perlakuan benih, penyemaian benih, penanaman inang di dalam
polybag, penyapihan dan pemeliharaan. Syarat lokasi persemaian untuk cendana
yaitu harus dekat dengan sumber air, dan juga dekat dengan jalan sehingga mudah
untuk diakses dan mudah melakukan pengontrolan. Untuk lokasi persemaian yang
dilakukan dalam kegiatan PUM ini sudah baik, karena sesuai dengan persyaratan
yang ada.
Setelah menentukan
lokasi persemaian maka dilakukan pembersihan terhadap lokasih tersebut. Tujuan
dari pembersihan lokasi yaitu agar pada saat proses pembibitan tidak ada
tanaman pengganggu lainnya yang dapat merusak tanaman cendana. Setelah proses
pembersihan lokasi selesai maka dibuat bedeng persemaian tanaman cendana.
Ukuran bedeng cendana adalah 2 m × 1 m. Bedeng yang disiapkan ini adalah bedeng
untuk penanaman biji cendana secara langsung di polybag. Selain itu, juga
dibuat bedeng tabur dengan ukuran 60 cm x 30 cm. Bedeng ini disiapkan untuk
pendederan biji cendana, yang mana bibit hasil pendederan ini akan disiapkan
untuk penyulaman benih yang gagal tumbuh atau yang telah tumbuh namun kemudian
mati.
Gambar 1. Bedeng
Dalam teknik
pembudidayaan tanaman cendana ada beberapa media yang disiapkan antaralain
tanah, pasir, bokasih dan polybag yang berukuran 10 ×12. Media semai adalah
media yang digunakan untuk membuat bibit cendana. Perbandingan media tanah,
pasir dan bokasih dalam pembudidayaan cendana yaitu 3 :1 : 1. Untuk pembuatan
media ini tidak dilakukan perlakuan khusus, karena dilihat dari tanaman
tersebut mampu hidup didaerah yang berbatu sehingga tidak dibutuhkan
perbandingan media yang khusus. Selain itu untuk menekan biaya produksi.
Setelah media disiapkan, kegiatan berikutnya adalah pengisian polybag. Polybag
diisi media sampai tersisa kurang lebih 1 cm dari tinggi total polibag agar
pada saat penyiraman tanah-tanah tidak langsung terpercik keluar dari polybag,
lalu disiram untuk memudahkan penyemaian benih. Penataan polybag dilakukan
padasaat polybag diisi dengan media tanam. Tujuan penataan polybag yaitu agar
bentuk persemaian dapat terlihat rapih dan dalam proses pemeliharaan lebih
mudah dilakukan.
Perlakuan benih merupakan
suatu proses kegiatan dalam pembudidayaan cendana, perlakuan benih bertujuan
untuk merangsang benih cendana agar proses perkecambahan lebih cepat. Perlakuan
benih dilakukan setelah semua media tanam telah diisi pada polybag. Perlakuan
benih dilakukan dengan cara merendam benih cendana didalam air dingin selama 12
jam, setelah itu dikering anginkan selama 12 jam. Langkah ini diulangi sebanyak
3 kali. Pada hari ketiga, dilakukan pemisahan antara benih yang baik dan yang
buruk. Kriteria benih yang rusak adalah apabila benih tersebut terapung. Pada
perlakuan ini hanya terdapat beberapa benih yang rusak. Tujuan dilakukan
perendaman adalah untuk mempercepat proses perkecambahan dan sebagai cara
memisahkan benih yang baik dengan benih yang rusak.
Gambar 2. Perendaman benih Gambar 3. Pengeringan benih
Penyemaian benih cendana dilakukan
setelah benih tersebut telah diberikan perlakuan terlebih dahulu. Benih
cendana disemaikan dalam bentuk penanaman langsung benih di polybag, dimana
masing-masing polybag ditanam satu benih saja. Benih ditanam pada kedalaman
kira-kira 1 cm dari atas permukaan polybag, hal ini karena apabila benih
ditanam terlalu dalam maka akan memperlambat proses perkecambahan benih. Selain
itu benih juga ditabur di bedeng tabur. Benih yang disemaikan di bedeng tabur
dimaksudkan untuk penyulaman bibit dari benih yang langsung ditanam di polybag.
Tanaman inang merupakan
tanaman yang dapat membantu dalam menyuplai unsur hara dari dalam tanah melalui
akar untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman cendana (Santalum album). Tanaman yang digunakan sebagai inang cendana
adalah kerokot. Jenis tanaman kerokot ini dapat ditanam disamping tanaman pokok
(cendana) ketika sudah mencapai umur 3-4 minggu, karena pada umur tersebut
tanaman cendana sudah mulai berkecambah.
Penyapihan merupakan
kegiatan memindahkan tanaman cendana di dalam bedeng tabur ke polybag ,
penyapiahan yang dilakukan dalam pembudidayaan tanaman cendana ini hanya
sebagai pengganti tanaman yang mati pada polybag. Penyapihan benih cendana ini
yaitu berupa penyulaman. Penyulaman adalah kegiatan menggantikan
kembali tanaman yang mati atau pertumbuhannya kerdil. Kegiatan penyulaman ini
dilakukan dengan mengambil bibit yang ada pada bedeng tabur lalu ditanam pada
polybag yang tanamannya sudah mati.
Gambar 4. Proses penyulaman
Untuk menjaga dan
mempertahankan pertumbuhan tanaman cendana maka dilakukan kegiatan
pemeliharaan. Kegiatan yang dilakukan dalam pemeliharaan meliputi penyiraman,
penyiangan, pemangkasan inang primer dan pengedalian terhadap hama dan
penyakit. Penyiraman bibit cendana dilakukan 2 kali sehari pada pagi dan sore
hari. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor.
Gambar 5. Penyiraman.
Dalam kegiatan pemeliharaan tanaman
cendana juga dilakukan kegiatan penyiangan. Penyiangan adalah kegiatan
membersihkan rumput/gulma yang tumbuh disekitar pembibitan cendana ataupun di
dalam polybag. Rumput/tanaman pengganggu tersebut dapat menghambat pertumbuhan
bibit cendana apabila tidak dibersihkan. Tanaman cendan juga sangat membutuhkan
cahaya matahari dalam proses fotosintesis. Oleh karena itu tanaman cendana
harus mendapat cahaya matahari yang cukup.Untuk mengatasi agar tanaman cendana
dapat memperoleh cahaya yang cukup maka dilakukan pemangkasan pada inang primer
atau krokot.
Gambar 6. Pemangkasan krokot
Tahap pemeliharaan selanjutnya adalah
pengendalian hama dan penyakit. Hama yang menyerang tanaman cendana yaitu hama
semut. Semut menyerang tanaman di disaat tanaman mulai berkecambah dengan
memakan batang tanaman. Pemberantasan hama semut dilakukan secara manual yaitu
dengan cara memindahkan sementara polybag ketempat yang lain. Tujuan pemindahan
polybag tersebut Dengan maksud agar tempat yang terserang semut itu menjadi
kering, karena jika tempat tersebut kering maka semut juga akan hilang atau
pindah ketempat yang lain, karena semut sangat suka dengan tempat yang
kelembapannya tinggi.
5.2.2.
Teknik
budidaya tanaman kayu merah
Kegiatan yang dilakukan
dalam teknik budidaya tanaman kayu merah (Ptercarpus
indicus) meliputi penentuan lokasi, pembersihan lokasi, pembuatan bedeng
persemaian, persiapan media, pengisian polybag, penataan polybag, pembuatan
bedeng tabur, pengunduhan benih perlakuan benih, penyemaian benih, penyapihan
dan pemeliharaan. Syarat lokasi persemaian untuk kayu merah yaitu harus dekat
dengan sumber air, dan juga dekat dengan jalan sehingga mudah untuk diakses dan
mudah melakukan pengontrolan.
Setelah menentukan
lokasi persemaian maka dilakukan pembersihan terhadap lokasih tersebut. Tujuan
dari pembersihan lokasi yaitu agar pada saat proses pembibitan tidak ada
tanaman pengganggu lainnya yang dapat merusak tanaman kayu merah. Setelah
proses pembersihan lokasi selesai maka dibuat bedeng persemaian tanaman kayu
merah. Ukuran bedeng kayu merah sama dengan ukuran bedeng cendana yaitu 2 m × 1
m. Bedeng yang disiapkan ini adalah bedeng untuk penanaman biji kayu merah
secara langsung di polybag.
Dalam teknik
pembudidayaan tanaman kayu merah ada beberapa media yang disiapkan antaralain
tanah, pasir, bokasih dan polybag yang berukuran 10 ×15. Media semai adalah
media yang digunakan untuk membuat bibit kayu merah. Perbandingan media tanah,
pasir dan bokasih dalam pembudidayaan kayu merah yaitu 3 :1 : 1.. Setelah media
disiapkan, kegiatan berikutnya adalah pengisian polybag. Polybag diisi media
sampai tersisa kurang lebih 1 cm dari tinggi total polibag agar pada saat
penyiraman tanah-tanah tidak langsung terpercik keluar dari polybag, lalu
disiram untuk memudahkan penyemaian benih. Penataan polybag dilakukan padasaat
polybag diisi dengan media tanam. Tujuan penataan polybag yaitu agar bentuk
persemaian dapat terlihat rapih dan dalam proses pemeliharaan lebih mudah
dilakukan.
Dalam proses
pembudidayaan kayu merah ada beberapa proses inti yang dilakukan sebelum
tanaman kayu merah ditanam dalam polybag. Untuk memperoleh benih yang bagus
maka benih kayu merah harus di undu langsung dari pohonnya. Pengunduhan benih
kayu merah tidak boleh diunduh dari lantai hutan, karena benih yang sudah
berada di laintai hutan kemungkinan besar sudah diserang oleh serangga atau
bakteri lainnya. Benih yang sudah diunduh maka dilakukan ekstrasi benih.
Ekstrasi benih
dilakukan dengan cara menggunting kulit buah pada setiap sisi buah, ekstrasi
yang kita lakukan hanya sebatas menggunting kulit buah tidak sampai biji
dikeluarkan dari kulit, dengan syarat jangan sampai biji yang didalam kulit
tergunting jika sampai tergunting biji tersebut tidak bisa tumbuh. Setelah
proses ekstrasi benih selesai maka dilakukan perlakuan terhadap benih kayu
merah.
Perlakuan benih merupakan
suatu proses kegiatan dalam pembudidayaan kayu merah, perlakuan benih bertujuan
untuk merangsang benih kayu merah agar proses perkecambahan lebih cepat.
Perlakuan benih dilakukan setelah semua media tanam telah diisi pada polybag.
Perlakuan
benih dilakukan dengan cara merendam benih kayu merah didalam air dingin selama
±30 menit. Tujuan dilakukan perendaman adalah untuk mempercepat proses
perkecambahan dan sebagai cara memisahkan benih yang baik dengan benih yang
rusak.
Gambar 7. Perendaman benih
Penyemaian benih kayu merah dilakukan
setelah benih tersebut telah diberikan perlakuan terlebih dahulu. Benih
kayu merah disemaikan dalam bentuk penanaman langsung benih di polybag, dimana
masing-masing polybag ditanam satu benih saja. Benih ditanam pada kedalaman
kira-kira 1 cm dari atas permukaan polybag, hal ini karena apabila benih
ditanam terlalu dalam maka akan memperlambat proses perkecambahan benih.
Untuk menjaga dan
mempertahankan pertumbuhan tanaman kayu merah maka dilakukan kegiatan
pemeliharaan. Kegiatan yang dilakukan dalam pemeliharaan meliputi penyiraman,
penyiangan,pemangkasan daun dan pengedalian terhadap hama dan penyakit.
Penyiraman bibit kayu merah dilakukan 2 kali sehari pada pagi dan sore hari.
Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor. Dalam kegiatan pemeliharaan
tanaman kayu merah juga dilakukan kegiatan penyiangan. Penyiangan adalah
kegiatan membersihkan rumput/gulma yang tumbuh disekitar pembibitan kayu merah
ataupun di dalam polybag. Rumput/tanaman pengganggu tersebut dapat menghambat
pertumbuhan bibit kayu merah apabila tidak dibersihkan. Selain pembersihan
rumput ada juga kegiatan pemangkasan daun dari tanaman kayu merah. Pemangkasan
daun bertujuan untuk mengurangi penguapan, sehingga sangat diperlukan
pemangkasan daun pada kayu merah agar tanaman kayu merah bisa tumbuh subur dan
penguapannya berkurang.
Gambar 8. Pemangkasan daun kayu
merah
Tahap pemeliharaan selanjutnya adalah
pengendalian hama dan penyakit. Hama yang menyerang tanaman kayu merah yaitu
hama semut dan belalang . Semut menyerang tanaman di disaat tanaman mulai
berkecambah dengan memakan batang tanaman, sedangkan untuk belalang menyerang
kayu merah dengan memakan daun pada kayu merah. Pemberantasan hama semut dan
belalang dilakukan secara manual yaitu untuk hama semu cara pemberantasannya
yaitu dengan cara memindahkan sementara polybag ketempat yang lain. Tujuan
pemindahan polybag tersebut Dengan maksud agar tempat yang terserang semut itu
menjadi kering, karena jika tempat tersebut kering maka semut juga akan hilang
atau pindah ketempat yang lain, karena semut sangat suka dengan tempat yang
kelembapannya tinggi. sedangkan untuk belalang langsung dimatikan karena jika
dibiarkan maka dapat merusak tanaman kayu merah dengan jumah yang banyak.
5.3.Analisis Usaha Tanaman Cendana dan
Kayu merah
5.3.1. Analisis usaha Cendana
Analisis usaha
bertujuan untuk mengetahui seberapa besar keuntungan yang diperoleh serta biaya
yang dilakukan dalam melakukan usaha pembibitan tanaman cendana. Biaya
dikeluarkan terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.
1.
Biaya Tetap
Biaya tetap merupakana jenis biaya yang tidak
berubah dan bukan fungsi dari perubahan volume produksi. Dengan demikian,
rincian biaya variabel sebanyak 1 kali produksi.
Tabel .6.
Anggaran dana yang dibutuhkan dalam biaya tetap
No
|
Alat
|
Jumlah ( unit )
|
Total Harga ( Rp )
|
1
|
Gunting
|
1
|
10.000
|
Total
|
|
10.000
|
2.
Biaya variabel
Biaya variabel
merupakan biaya yang digunakan dan totalnya selalu tidak tetap atau berubah-
ubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan usaha besar kecilnya biaya
variabel dipengaruhi oleh besar kecilnya biaya produksi.
Table 7. Rincian Biaya Variabel Pembibitan Tanaman Cendana
No
|
Nama
Bahan
|
Jumlah
Satuan
|
HargaSatuan
(Rp)
|
Total
Harga
(Rp)
|
1
|
Tanah
|
39,8668
m3
|
25.000
|
25.000
|
2
|
Pasir
|
9,97307
m3
|
25.000
|
25.000
|
3
|
Pupuk
Bohkasi
|
9,99847
m3
|
50.000
|
50.000
|
4
|
Benih
Cendana
|
½
kg
|
200.000
|
200.000
|
5
|
Polybag
ukuran 10x12
|
1
kg
|
30.000
|
30.000
|
Jumlah
|
330.000
|
3.
Analisis Usahatani Tanaman Cendana
a. Jumlah tanaman tumbuh =
413 pohon
b. Total biaya produksi =
Biaya Tetap + Biaya Variabel
= Rp.10.000 +Rp. 330.000
= Rp
340.000
c. Harga pokok produksi
= (Biaya Produksi/Jumlah Produksi)
= Rp. 340.000/413 pohon
d. Harga Jual
= Rp. 10.000
e. Penerimaan = (Jumlah Produksi x Harga Jual)
= 413 pohon x Rp.10.000
= Rp. 4.130.000
f. Keuntungan = Penerimaan – Biaya Produksi
= Rp4.130.000 – 340.000
= Rp. 3.790.000
g. B/C Ratio = Penerimaan / Total Biaya
= Rp. 4.130.000 / 340.000
= Rp. 12,14
Bentuk analisis usahatani pembibitan cendana
yang dilakukan dalam PUM ini adalah sebagai berikut .Analisis kelayakan usaha
pembibitan tanaman cendana dapat dihitung dengan menggunakan Analisis B/C
(Benefit/Cost Rasio).
B/C Ratio merupakan suatu ukuran perbandingan
antara total keuntungan dikurangi dengan hasil produksi, sehingga diketahui
kelayakan usaha. Apabila nilai B/C Ratio > 1, maka usaha tersebut layak
secara ekonomi untuk dikembangkan; artinya bahwa Benefit/Cost Ratio sama dengan
1, maka usaha tersebut dikatakan impas ( tidak untung dan juga tidak rugi).
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari
kegiatan Proyek Usaha Mandri (PUM) dalam kegiatan perbanyakan tanaman cendana (Santalum album Linn.), penulis mendapatkan ilmu dan pengetahuan tentang bagaimana cara
untuk memperoleh hasil yang lebih baik dengan metode perlakuan benih sebelum
ditanam. Pada dasarnya penulis belum pernah mengetahui tentang budidaya tanaman
cendana (Santalum album Linn.) yang baik, akan tetapi hasil yang
diperoleh dalam pelaksanaan ini menunjukan bahwa dengan tingkat persentase yang
tinggi, penulis sudah mampu melaksanakannya dengan baik dan benar.
5.3.2. Analisis Usaha Tanaman kayu merah
Analisis usaha bertujuan untuk mengetahui seberapa
besar keuntungan yang diperoleh serta biaya yang dilakukan dalam usaha
pembibitan tanaman kayu merah Biaya dikeluarkan terdiri dari biaya tetap dan
biaya variabel. Biaya tetap dan biaya variabel .
Tabel 8. Biaya
variabel tanaman kayu merah
No
|
Nama
Bahan
|
Jumlah
Satuan
|
HargaSatuan
(Rp)
|
Total
Harga
(Rp)
|
1
|
Tanah
|
39,8668
m3
|
25.000
|
25.000
|
2
|
Pasir
|
9,97307
m3
|
25.000
|
25.000
|
3
|
Pupuk
Bohkasi
|
9,99847
m3
|
50.000
|
50.000
|
4
|
Benih
kayu merah
|
½
kg
|
50.000
|
50.000
|
5
|
Polybag
ukuran 10x15
|
½
kg
|
15.000
|
15.000
|
Jumlah
|
165.0000
|
a. Jumlah tanaman tumbuh =100
Pohon
b. Total biaya produksi =
Biaya tetap + Biaya variabel
=
Rp. 10.000 + Rp.165.000
=
Rp.175.000
c. Harga pokok produksi =
(Biaya produksi / Jumlah produksi
=
Rp. 175.000 / 100 pohon
=
Rp. 1.750 / pohon
d. Harga jual =
Rp. 10.000
e. Penerimaan =
(Jumlah produksi x Harga jual)
=
100 pohon x Rp. 10.000
=
Rp. 1000.000
f. Keuntungan =
Penerimaan – Biaya Produksi
=
Rp. 1.000.000 – Rp. 175.000
=
Rp. 825.000
g. B/C Ratio =
Penerimaan / Total Biaya
=
Rp. 1000.000 / Rp175.000
=5,71
Bentuk analisis usahatani pembibitan kayu merah yang
dilakukan dalam PUM ini adalah analisis kelayakan usaha pembibitan tanaman kayu
merah dapat dihitung dengan menggunakan Analisis B/C (Benefit/Cost Rasio).
B/C Ratio merupakan suatu ukuran
perbandingan antara total keuntungan dikurangi dengan hasil produksi, sehingga
diketahui kelayakan usaha. Apabila nilai B/C Ratio > 1, maka usaha tersebut
layak untuk dikembangkan; artinya bahwa Benefit/Cost Ratio sama dengan 1, maka
usaha tersebut dikatakan impas (tidak untung dan juga tidak rugi).
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari kegiatan Proyek
Usaha Mandri (PUM) dalam kegiatan perbanyakan tanaman kayu merah (Pterocarpus indicus Willd.), penulis mendapatkan ilmu dan
pengetahuan tentang bagaimana cara untuk memperoleh hasil yang lebih baik
dengan metode perlakuan benih sebelum ditanam. Pada dasarnya penulis belum
pernah mengetahui tentang budidaya tanaman kayu merah (Pterocarpus indicus willd ) yang baik, akan tetapi hasil yang
diperoleh dalam pelaksanaan ini menunjukan bahwa dengan tingkat persentase yang
tinggi, penulis sudah mampu melaksanakannya dengan baik dan benar.
5.4.
Hambatan Hambatan Dalam Pembudidayaan Tanaman Cendana (Santalum album) Dan Tanaman Kayu Merah (Pterocarpus indicus)
5.4.1.
Tanaman
Cendana
Adapun
hambatan-hambatan yang ditemukan selama kegiatan PUM yang dapat menghambat
pertumbuhan dari tanaman cendana. Jenis hambatan tersebut diperoleh dari hama
penyakit dan juga dari alam antara lain:
1. Kelembaban
tinggi menyebabkan akar tanaman membusuk
2. Keasaman
hujan yang tinggi menyebabkan daun menjadi kuning dan akhirnya mati
Gambar 9. Pertumbuhan Cendana
Pertumbuhan cendana
sangat dipengaruhi oleh iklim. Cendana yang ditanam persentase tumbuhnya sangat
sedikit, banyak tanaman mati yang disebabkan oleh kelebihan air hujan yang
menyebabkan akar cendana menjadi busuk, daun mengering dan kemudian mati.
Selain itu, terjadi kekuningan pada daun-daun cendana yang disebkan oleh zat
asam yang terlalu tinggi. Tanaman tidak mendapatkan sinar matahari penuh karena
ditanam pada musim hujan dan letak persemaian yang berada di sekitar pohon -
pohon dimana pada musim hujan daun-daun pohon akan menghambat cahaya matahari
untuk menembus ke persemaian. Selain kondisi lingkungan faktor yang menghambat
pertumbuhan tanaman cendana yaitu hama semut dan bekicot yang memakan batang
tanaman sehingga tanaman terlihat seperti putus.
Gambar 10.
Daun Menguning Gambar
11. Busuk akar
5.4.2.
Hambatan
pada tanaman kayu merah
Faktor
yang menghambat pertumbuhan Kayu merah adalah tanaman terserang hama belalang
yang memakan daun-daun tanaman hingga berlubang. Selain itu, dalam
pertumbuhannya tanaman Kayu merah tidak
mendapatkan cahaya matahari secara penuh karena terhalang oleh pohon- pohon
yang tumbuh di sekitar pembibitan kayu merah
Gambar 12. Pertumbuhan Kayu Merah
BAB
VI
PENUTUP
6.1.Kesimpulan
Berdasarkan hasil
kegiatan PUM dan pembahasan maka dapat disimpukan sebagai berikut
1.
Teknik budidaya tanaman cendana (Santalum abum) meliputi kegiatan
penentuan lokasi, pembersihan lokasi, pembuatan bedeng persemaian, persiapan
media, pengisian polybag, penataan polybag, pembuatan bedeng tabur, perlakuan
benih, penyemaian benih, penanaman inang di dalam polybag, penyapihan dan
pemeliharaan, dengan persentase tumbuh adalah 98,80% sedang untuk teknik
budidaya tanaman kayu merah meliputi tahapan kegiatan yang hampir sama kecuali
penanaman inang dan penyapihan itu yang tidak dilakukan dalam pembudidayaan
kayu merah.untuk presentasi dari tanaman kayu merah adalah 100%
2. Berdasarkan
hasil yang diperoleh dari kegiatan Proyek Usaha Mandri (PUM) dalam kegiatan
perbanyakan tanaman cendana (Santalum
album Linn.),dan tanaman kayu merah (Pterocarpus
indicus) maka tanaman cendana dan kayu merah layak diusahakan karena
memiliki B/C Ratio > 1 maka usaha tersebut layak untuk dikembangkan
6.2.Saran
a) Disarankan
agar kegiatan PUM dimulai pada musin panas sehingga tidak menyebabkan banyak
tanaman mati.
b) Lokasi
persemaian disarankan tidak berada dibawah pohon karena pada musim hujan
tanaman sangat susah untuk mendapatkan sinar matahari, lokasi persemaian
diusahakan pada daerah yang terbuka.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin. 1985. Dasar dasar pengatahuan tentang zat pengatur
tumbuh .Angkasa.Bandung
Anonim 2008 Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat. Sono
kembang (Pterocarpus indicus Will). www.dishut.jabarprov.go.id. Diakses 30 Mei
2011
Anonim. 2009 BPS NTT. Biro Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur 2009. Nusa
Tenggara Timur dalam angka 2,mb009. BPS NTT.Kupang: percetakan CV Natalia.
Anonim. 2010 BPK KUPANG. (Balai Penelitian Kupang). Budidaya Cendana.
Balai Penelitian Kehutanan Kupang. Kupang.
Barret, D.R.
1989. Santalum album (Indian
Sandalwood) literature revview, Mulga Research Centre. Western Australian
Institute of Technology.
Banoet, hh. 2001. Peranan Cendana Dalam Perekonomian NTT:
Dulu dan Kini. Berita Biologi.Edisi Khusus.Vol 5.No.5. Pusat Penelitian
Biologi, LIPI.
FWI/GFW. 2001.Keadaan hutan Indonesia. Bogor,
Indonesia:forest watch Indonesia dan Washington D.C. :Global Forest Watch
Hamzah, Z. 1976. Sifat Silvika dan Silvikultur Cendana
(Santalum album L.) di Pulau Timor
(Silvical Characteristics and Silviculture of Sandawood (Santalum album L.)
Hayati. 1990. Khasiat Adstringen dan Diuretik. Penelitian
Jurusan Farmasi, FMIP, USU. Medan.
Hermawan R. 1993. Pedoman Teknis Budidaya Kayu Cendana
(Santalum album Linn.). Bogor: Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas
Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Inangsi P.Frida. 2012. Profil kayu merah di Nusa Tenggara
Timur .Warta cendana Edisi V No.2.Balai Penelitian Kehutanan Kupang.halam 7-11.
Isnawati Ani. 2006. Standarisasi Simplisia dan Ekstra etanol
Daun Cembung (Blume balsamifera (L) Dari tiga tempat tumbuh, Media Litbang
Kesehatan XVI No 2.
Joker, D. 2002. Kayu merah (Pterocarpus indicus willd)
informasih singkat ben(ih No. 22 Mei 2002. Balai Perbenihan Tanaman Hutan Bali
Dan Nusa Tenggara.
Jayusman, 2005. Pembibitan Tanaman Hutan.Yogyakarta. Graha
Ilmu
Kasim, M. 2005. Penampilan bibit cendana (Santalum album) akibat pemberian pupuk
kalium Klorida. Laporan penelitian.
Noerdjito, M.d I. maryanto (Eds.) jenis –jenis hayati yang
dilindungi perundang –undangan Indonesia. Balitbang zoology (Museum Zoologicum
Bogoriense), pustlitbang biologi- LIPI dan the nature conservation.
Rudjiman. 1987. Morfologi Tanaman Cendana (Santalum album).
Rahayu S. 2002. Cendana
dan Strategi Pengembanganya. World Agroforestri Centre-ICRAF.Bogor
Surata, I.K. dan M.M. Idris. 2001. Status Penelitian Cendana
di Propinsi Nusa Tenggara Timur. Berita Biologi Edisi Khusus Vol 5 .No.5. Pusat
Penelitian Biologi LIPI.
Tantra, IGM, 1983.
Erosi plasma nutfah Nabati Dan masalah pelestariannya. Jurnal penelitian dan
perkembangan pertanian. Bogor
Wind dan Riseuw 1950. Status Penelitian Cendana di Propinsi
Nusa Tenggara Timur. Berita Biologi Edisi Khusus Vol 5 .No.5. Pusat Penelitian
Biologi LIPI.
Wayan, I.dan M. Effendi. 1995. Pengaruh perendaman dan
mediah kecambah terhadap perkecambahan benih kayumerah (Pterocarpus indicus Will). Santalum Vol.20. Balai penelitian
kehutanan . Kupang.
Komentar
Posting Komentar