LAPORAN PUM MSDH



BAB I
PENDAHULUAN
1.1              Latar belakang
Cendana (Santalum album Linn) merupakan jenis tanaman endemik provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Saat ini penyebaran cendana di NTT meliputi Flores Timur, Adonara, Solor, Lomblen, Alor, Pantar, Rote, Timor Barat, Timor Timur, Sumba dan Wetar. Berdasarkan inventarisasi Dinas Kehutanan di NTT, kabupaten-kabupaten yang masih tercatat menghasilkan Cendana sampai tahun 1995/ 1996 adalah 6 kabupaten yakni Kupang, Timor Tengah Selatan (TTS), Timor Tengah Utara (TTU), Belu, Sumba Barat dan Sumba Timur. Adapun manfaat dari cendana yaitu dapat diolah menjadi berbagai barang kerajinan, berkhasiat sebagai penghalus kulit, peluruh keringat, pereda kejang, pencegah mual, pengharum ruangan, pereda sakit perut, sakit kepala, dan daunnya untuk obat sakit demam.
Pohon asli yang banyak ditemukan di Pulau Timor selain cendana adalah kayu merah (Pterocarpus indicus willd). Kayu merah merupakan tanaman endemik Nusa Tenggara Timur, yang mempunyai kelas awet II dan kelas kuat 1 (Anonim, 2008). Kayu merah termaksud kayu keras sedang, berat-sedang, liat dan lenting. Sebaran kayu merah di NTT yaitu di daerah Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara dan Kabupaten Kupang. Adapun manfaat dari kayu merah yaitu untuk mengobati luka ringan, kulit kayunya untuk mengobati disentri, daun dan getah kayu merah digunakan untuk mengobati demam, disentri, sakit gigi, dan sakit paru-paru. Isnawati (2006), tanaman kayu merah memiliki banyak manfaat sebagai obat teradisional terutama dari ekstra kulit kayu.
Pembibitan tanaman hutan merupakan suatu kegiatan untuk menghasilkan bibit atau memproduksi bibit. Pembibitan tanaman hutan dilakukan untuk menyediakan bibit yang digunakan untuk merehabilitasi tempat-tempat terbuka, sehingga dapat mempercepat proses penutupan tanah, yang pada akhirnya akan menurunkan laju erosi. Pembibitan tanaman hutan seperti cendana ( Santalum album Linn) dan kayu merah (Pterocarpus indicus willd) merupakan salah satu tahapan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan bibit bagi kegiatan penanaman, baik rehabilitasi maupun pengkayaan lahan, guna mengembalikan kondisi hutan agar mendekati kondisi sebelumnya. Adapun tujuan dari pembibitan tanaman hutan adalah untuk mendapatkan kualitas bibit yang baik dengan ciri memiliki tinggi 30 cm, sehat dan tidak diserang oleh hama penyakit, serta akarnya tidak menembus polybag. Bibit yang sehat merupakan salah satu faktor yang mendukung kegiatan pelestarian flora sehingga tidak terjadi kepunahan.
Pembibitan tanaman hutan seperti cendana dan kayu merah dilakukan saat ini adalah untuk melestarikan populasi kayu merah dan cendana yang hampir punah dan untuk merehabilitasi lahan yang ada di Propinsi NTT. Untuk mendukung kegiatan pelestarian jenis dan rehabilitasi lahan tersebut dilakukan kegiatan pembibitan tanaman hutan melalui proyek usaha mandiri (PUM). Kegiatan proyek usaha mandiri (PUM ) adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara mandiri oleh setiap mahasiswa mulai proses produksi sampai dengan pemasaran. Tujuan pum adalah untuk melatih mahasiswa dalam berwirausaha.
1.2              Tujuan
Tujuan Proyek Usaha Mandiri (PUM) adalah:
1.      Mengetahui teknik budidaya tanaman cendana (Santalum album Linn) dan kayu merah (Pterocarpus indicus Willd)
2.      Mengetahui kelayakan usaha tanaman cendana (Santalum album Linn) dan kayu merah ( Pterocarpus indicus willd)
1.3     Manfaat
1.      Sebagai informasi tentang cara budidaya tanaman cendana (Santalum album Linn) dan kayu merah (Pterocarpus indicus willd)
2.      Sebagai informasi tentang kelayakan usaha budidaya tanaman cendana (Santalum album) dan kayu merah (Pterocarpus indicus willd)


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Taksonomi, Bioekologi dan Kegunaan Tanaman
2.1.1        Taksonomi Cendana
Lawrence dalam Hermawan (1993) mengklasifikasikan cendana Sebagai berikut:
Kingdom         : Plantae
Divisi               : Spermathophyta
Sub Divisi       : Angiospermae
Class                : Dicotyledoneae
Ordo                : Santalales
Famali : Santalaceae
Genus             : Santalum
Spesies            : Santalum album Linn.
2.1.2        Bioekologi Cendana
Cendana tumbuh di tanah yang panas dan kering terutama di tanah yang banyak kapurnya pada ketinggian hingga 1.200 m dpl. Cendana merupakan tumbuhan hemiparasit (setengah parasit) yaitu bersifat parasit hanya dalam sebagian tahap perkembangannya. Pada awal masa pertumbuhannya kecambah pohon cendana membutuhkan pohon inang untuk mendukung pertumbuhannya.Karena perasyarat inilah cendana sukar dikembangbiakkan atau dibudidayakan.
Cendana dapat tumbuh di daerah tepi laut hingga daerah pegunungan pada ketinggian 1.500 meter dari permukaan air laut dengan curah hujan antara 500-3.000 milimeter per tahun. Kondisi optimal untuk pertumbuhan adalah pada ketinggian antara 600-1.000 meter di atas permukaan air laut dan curah hujan antara 600-1.000 milimeter per tahun dengan bulan kering yang panjang antara 9-10 bulan. Cendana yang tumbuh di daerah dengan curah hujan tinggi tidak menghasilkan kayu dengan kualitas bagus walaupun secara vegetatif tumbuhnya memuaskan. Suhu udara yang mendukung pertumbuhan cendana antara 10-35 derajat celcius. Pada tingkat semai cendana sangat peka terhadap suhu tinggi dan kekeringan sehingga tanaman cendana sangat membutuhkan naungan sekitar 40-50 persen. Sedangkan lingkungan yang dibutuhkan, semai cendana mudah ditemukan di bawah lantai hutan ampupu (Eucalyptus urophylla), hue (Ecalyptus alba), atau kabesak (acacia leucophloea). Dari tingkat semai hingga umur 3-4 tahun naungan yang dibutuhkan semakin berkurang. Cendana dewasa bahkan membutuhkan intensitas cahaya matahari tinggi. Cendana dewasa pada umumnya ditemukan di pinggiran atau tepi kawasan hutan, dan sangat jarang ditemukan dalam hutan lebat.
Kondisi tanah yang sesuai untuk pertumbuhan cendana adalah berdrainase baik (umumnya di lahan kering), bertekstur lempung (sedang) dari bahan induk batu (topografi karst), batu pasir gampingan, batu lanau maupun vulkanik basa dan tanahnya dangkal. Pada tanah dangkal, berbatu-baru dan kurang subur, cendana dapat tumbuh dan menghasilkan kayu dengan kualitas terbaik.Tanaman cendana dapat tumbuh dengan baik pada kondisi iklim yang kering, pada daerah dengan curah hujan rata-rata antara 625–1625 mm/thn.
2.1.3        Kegunaan Cendana
Kayu cendana dapat diolah menjadi berbagai barang kerajinan. Salah satu industri kecil Sari Wangi di Kupang telah menghasilkan barang cinderamata dengan pengelolaan yang sederhana. Selain barang cinderamata, usaha ini juga menghasilkan limbah kayu cendana yang serpihan potongannya tidak beraturan. Serpihan kayu cendana sangat kuat dan kenyal sehingga sukar untuk diolah lebih lanjut. Pengolahan lanjut limbah kayu ini menjadi serbuk dapat digunakan untuk membuat hio, dupa, atau wewangian lain. Hermawan (1993) menyebutkan bahan-bahan sintesis belum mampu mengeser kedudukan cendana dalam industri parfum maupun industri barang ukir-ukiran, kipas, patung dan sebagainya.
Kayu cendana berkhasiat sebagai penghalus kulit, peluruh keringat, pereda kejang, pencegah mual dan daunnya untuk obat sakit demam. Untuk menghaluskan kulit dipakai kayu cendana yang sudah kering diserut halus lalu ditumbuk dan ditambah air hingga menyerupai pasta, kemudian dilulurkan ke seluruh badan, setelah kering dibasuh dengan air bersih. Alasan utama eksploitasi cendana adalah minyak yang terdapat di kayu terasnya. Minyak ini banyak digunakan untuk industri parfum, sabun, aromaterapi, obat-obatan dan lain-lain. Minyak ini memiliki aroma yang sangat harum sehingga sering dijuluki ratu minyak-minyak esensial.
2.2.            Taksonomi , bioekologi, kegunaan kayu merah
2.2.1        Taksonomi Kayu Merah
Adapun klasifikasi kayu merah (Pterocarpus indicus Willd) Menurut USDA (United States Departemen of agriculture, 2009)
Kingdom         : Plantae
Subkingdom    : Tracheobionta
Superdivisi      : Spermatophyte
Divisi               : Magnoliophyta
Kelas               : Dicotyledons
Ordo                : Fabales
Famili              : Fabaceae
Genus              : Pterocarpus
Spesies : Pterocarpus indicus Willd
2.2.2        Bioekologi Tanaman Kayu Merah
Kayu merah banyak ditemukan di hutan primer dan beberapa hutan skunder, dataran rendah, umumnya di sepanjang sungai pasang surut dan pantai berbatu. Kayu merah dibudidayakan di daerah tropis dan merupakan jenis pionir yang tumbuh baik di daerah terbuka. Tumbuh pada berbagai macam tipe tanah, dari yang subur ke tanah berbatu. Biasanya ditemukan sampai ketinggian 600 m dpl, namun masih bertahan hidup sampai 1.300 m dpl. (Joker, dalam Anonim, 2012). Tempat yang ideal untuk pertumbuhan kayu merah adalah dengan ketinggian 100-700 m dpl,curah hujan 850-1875 mm/tahun, banyak sinar matahari, temperature 20-35 C, dan jenis tanah mediteran, alluvial dan kadungan tanah liat tinggi.
2.2.3        Kegunaan Kayu Merah
Kayu merah biasanya digunakan oleh masyarakat Timor, NTT sebagai tiang rumah bulat ( rumah tradisional masyarakat setempat). Kayu ini digunakan karena tahan terhadap serangan hama atau serangga penggerek. Kayu merah juga digunakan untuk kusen bagi rumah permanen atau menetap ( Sumanto dan Takandjandji, 2010). Kayu merah dimanfaatkan sebagai obat-obatan, bagian kayunya dimanfaatkan sebagai obat ginjal dan sariawan ( obat kumur). Bagian daun kayu merah yang masih mudah digunakan untuk menyembuhkan bisul ( obat luar) dan kencing manis, sedangkan getahnya digunakn untuk obat sariawan mulut dan penyembuhan luka ( Hayati, 1990)
2.3.            Pembibitan
2.3.1.      Defenisi pembibitan
Pembibitan merupakan suatu kegiatan untuk menghasilkan bibit atau memproduksi bibit. Pembibitan tanaman hutan dilakukan untuk menyediakan bibit yang digunakan untuk merehabilitasi tempat-tempat terbuka, sehingga dapat mempercepat proses penutupan tanah, yang pada akhirnya akan menurunkan laju erosi. Untuk mendapatkan bibit yang baik maka perlu dilakukan persemaian terlebih dahulu. Persemaian merupakan tempat atau areal untuk memproses benih atau bagian tanaman lain menjadi bibit yang siap ditanam ke lapangan. Benih yang baik apabila diproses dengan teknik persemaian yang baik sehingga akan menghasilkan bibit yang baik pula, tetapi benih yang baik akan menghasilkan bibit yang kurang baik apabila diproses dengan teknik persemaian yang tidak sesuai. Bibit yang berkualitas dalam jumlah yang cukup dan tepat waktu akan diproses apabila teknik persemaian dilakuakan sesuai dengan prosedur yang sudah baku (Jayusman,2005). Salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan penanaman adalah ketersediaan bibit berkualitas. Bibit berkualitas ditandai oleh kemampuannya beradaptasi dengan lingkungan baru, dapat tumbuh dengan baik jika ditanam di lapangan, sehat, dan seragam. Oleh sebab itu , bibit yang akan ditanam harus memenuhi mutu genetik dan mutu fisik fisiologis. (Na’iem, 2000).
Mutu genetik menginformasikan tentang asal sumber benih, dengan demikian, mutu genetik akan berhubungan langsung dengan kualitas pohon yang dijadikan sebagai penghasil benih untuk pembibitan. Jika pohon induk yang digunakan berkualitas baik, maka akan lebih berpeluang akan menghasilkan anakan yang baik, demikian juga sebaliknya. Sedangkan mutu fisik fisiologis menginformasikan tentang kondisi fisik bibit, antara lain kondisi batang, kesehatan bibit, tinggi, diameter, dan kekompakan media. Mutu fisik fisiologis akan terkait dengan rangkaian kegiatan pembibitan yang dilakukan. Oleh karenanya, rangkaian kegiatan pembibitan yang tidak benar akan berdampak pada kualitas bibit. Untuk itu perlu dikuasai teknik pembibitan yang baik mulai dari penyimpan sarana dan prasarana pembibitan, pengadaan benih, penyimpanan media kecambah dan sapih, perlakuan benih, penyimpanan, pemeliharaan bibit di persemaian, hingga seleksi bibit untuk penanaman.
2.3.2.      Pembibitan Cendana
Budidaya tanaman cendana dapat dilakukan dengan cara perkembangbiakan generatif maupun vegetatif. Perkembangbiakan cendana secara generatif dilakukan dengan biji. Namun, viabilitas biji cendana cepat menurun sehingga upaya pembudidayaan sulit dilakukan. Perkembangbiakan cendana secara vegetatif dapat dilakukan dengan stek akar, yang dilakukan dengan melukai akar dan menggunakan trubusan yang tumbuh dari luka tersebut sebagai stek. Dengan sistem stek bibit yang dihasilkan genotipnya telah diketahui dan dapat dibuat pada waktu yang diperlukan. Hal hal yang diperhatikan dalam pembiakan vegtatif dengan cara stek, antara lain umur stek, media, intensistas cahaya, teknik pemotongan, dan konsesntrasi hormon yang digunakan (Abidin, 1985).
Untuk mendapatkan bibit cendana yang bagus maka benih yang digunakan juga harus baik. Syarat benih cendana yang bagus yaiu: benih cendana berasal dari sumber benih yang bagus, dan tidak diserang penyakit. Cara memperoleh benih bagus maka harus dilakukan penyelesian benih terlebih dahulu, agar dapat mengetahui benih cendana mana yang layak untuk dijadikan sumber bibit. Cendana dapat tumbuh dengan baik pada lahan yang berbatu- batu serta memilihki tekstur lempung, dengan isolum tipis, kesaman pH netral hingga alkalis dan juga harus perairan yang baik.
Proses penyeleksian benih sangat penting dalam memilih benih yang baik. maka proses yang berikutnya adalah perlakuan benih. Perlakuan benih merupakan suatu proses yang dilakukan untuk merangsang perkecambahan cendana sehingga dapat tumbuh dengan cepat (Rahayu, 2002). Setelah diberikan perlakuan maka pada saat memilih benih yang direndam tersebut harus memilih benih yang tenggelam, karena mutu dari benih cendana yang tenggelam lebih bagus dibandingkan cendana yang terapung diatas air.
2.3.3.      Pembibitan Kayu Merah
Perbanyakan kayu merah dapat dilakukan secara vegetatif yaitu dengan (stek batang) dan generatif dengan menggunakan (biji). Pembiakan secara vegetatif sangat ditentukan oleh umur pohon induk ukuran stek, keadaan udara, intesitas cahaya dan cuaca /konsesntrasi hormon yang digunakan.
Perbanyakan dengan cara generatif umumnya sering mengalami kendala pada lambatnya pertumbuhan bibit kayu merah. Salah satu upaya untuk mempercepat pertumbuhan bibit kayu merah adalah dengan teknik pemupukan yang tepat dan dosis yang tepat pula. Setiap unsur hara akan mempunyai peranan khusus dalam metabolism tanaman. Menurut Wayan dan Efendi (1995), semakin besar umur bibit sewaktu dilakukan pemupukan semakin besar pula pertumbuhan tinggi bibit yang dihasilkan. Perkecambahan bibit juga dipengaruhi oleh asal usul benih yang dikumpulkan.
Biji yang berkualitas baik memang agak sulit didapatkan. Ciri biji yang baik untuk dikecambahkan adalah berwarna merah mudah dan besar,bila direndam dalam air benih akan tenggelam. Karena biji yang rusak sebaiknya jangan digunakan untuk perkecambahan, cirinya adalah sebagian besar rusak, berwarna hitam atau merah tua dan kosong karena dimakan oleh hama serta mengambang di air bila direndam. Menurut Kamil (1979) dalam Wayan (1995) menjelaskan bahwa buah yang dikumpulkan pada saat fisiologis akan mendapatkan kualitas benih yang maksimum, transfer zat makanan yang akan disimpan didalam biji dihentikan. Biji yang sudah masak fisiologis mempunyai berat kering maksimum dan daya kecambah maksimum.


BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1 Waktu dan Tempat Kegiatan Pelaksanaan PUM
Pembibitan tanaman hutan cendana (Santalum album Linn) dan kayu merah (Pterocarpus indicus willd ) dilaksanakan pada bulan September sampai dengan Januari 2017 yang bertempat di kebun praktek Program studi  Manajemen Sumber Daya Hutan, Jurusan Manajemen Pertanian Lahan Kering, Politeknik Pertanian Negeri Kupang
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
Alat yang digunakan dalam kegiatan budidaya Cendana (Santalum album Linn) dan kayu merah (Pterocarpus indicus willd) adalah
1. Parang       :    untuk membersihkan lahan persemaian dan membuat patok persemaian
2. Sekop        :    untuk mencampur pasir , bokasi dan tanah
3. Gembor     :    untuk menyiram.
4. Ember        :    untuk mengukur pasir, bokasi, dan tanah yang akan dijadikan media
5. Gunting     :    untuk menggunting akar tanaman
3.2.2 Bahan
Bahan yang dibutuhkan dalam membudidayakan cendana (Santalum album Linn) dan kayu merah (Pterocarpus indicus wiild) adalah :
1.      Tanah                          : sebagai media tanam cendana dan kayu merah
2.      Pasir                            : sebagai media tanam kayu merah dan cendana
3.      Bokashi                       : sebagai penambah unsur hara
4.      Polybag                       : sebagai media tumbuh
5.      Benih Cendana           : bahan untuk menghasilkan bibit
6.      Benih kayu merah       : bahan untuk menghasilkan bibit
7.      Air                               : untuk menyiram tanaman
8.      Batako                         : untuk pembatas bedeng persemaian
3.3              Prosedur Kerja dalam Kegiatan Pelaksanaan (PUM)
Tahapan-tahapan dalam kegiatan PUM antara lain :

1.      Penentuan lokasi persemaian
2.      Pembersihan lokasi persemaian
3.      Pembuatan bedeng persemaian
4.      Persiapan media
5.      Pengisian polybag
6.      Penataan polybag
7.      Pembuatan bedeng tabur
8.      Perlakuan benih
9.      Penyemaian benih
10.  Penanaman inang di dalam polybag
11.  Penyapihan
12.  Pemeliharaan
13.  Pengamatan pertumbuhan
14.  Pemasaran
15.  Pembuatan laporan

3.4 Tata Waktu Kegiatan Pum
Adapun tata waktu kegiatan PUM tentang budidaya cendana dan kayu merah dapat dilihat pada Tabel 1
Tabel 1.Tata Waktu Kegiatan Pum
No
Jenis Kegiatan
Perencanaan Pelaksanaan Kegiatan / Bulan
Sep
Oct
Nop
Des
Jan
Feb
1.
Pembuatan Proposal






2.
Penyediaan alat dan Bahan






3.
Pengisian Polybag






4.
Penyemaian benih






5.
Pemeliharaan






6.
Pemasaran






7.
Pembuatan Laporan PUM






8.
Seminar dan ujian









BAB IV
ANGGARAN BIAYA
4.1 Sumber Biaya
Biaya yang digunakan dalam kegiatan Proyek Usaha Mandiri (PUM) mengenai pembibitan tanaman cendana (Santalun album Linn) dan kayu merah (pterocarpus indicus willd) bersumber dari dana sendiri.
4.2 Biaya
4.2.1 Biaya Tetap
Biaya tetap merupakana biaya yang tidak berubah dan bukan fungsi dari perubahan volume produksi. Dengan demikian, rincian biaya variabel sebanyak 1 kali produksi disajikan pada Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Anggaran Dana Yang Dibutuhkan Dalam Biaya Tetap
No
Alat
Jumlah ( unit )
Total Harga ( Rp )
1
Gunting
1
10.000
Jumlah

10.000

4.2.2 Biaya Variabel
Biaya variabel merupakan sejumlah barang atau jasa yang habis dipakai dalam satu periode produksi. Dengan demikian, rincian biaya variabel sebanyak 1 kali produksi disajikan pada Tabel 3 berikut ini.
Tabel 3.Anggaran Dana Yang Dibutuhkan Dalam Biaya Variabel
No
Nama Bahan
Jumlah Satuan
HargaSatuan
(Rp)
Total Harga
(Rp)
1
Tanah
39,8668 m3
25.000
25.000
2
Pasir
9,97307 m3
25.000
25.000
3
Pupuk Bohkasi
9,99847 m3
50.000
50.000
4
Benih Cendana
½ kg
200.000
200.000
5
Benih kayu merah
½ kg
50.000
50.000
7
Polybag ukuran 10x15
½ kg
15.000
15.000
8
Polybag ukuran 10x12
1 kg
30.000
30.000
Jumlah
330.000



4.3. Analisis kelayakan usaha
4.3.1. Total Biaya Produksi
Total biaya produksi merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel. sehingga diperoleh semua total biaya yang dikeluarkan selama kegiatan proyek usaha mandiri pembibitan tanaman cendana dan kayu merah dapat diperoleh dengan rumus:
Total biaya produksi   = Total biaya tetap + Total biaya variabel.
                                    = Rp 10.000 + Rp 330.000
                                    = Rp 340.000
4.3.2. Total Hasil Produksi
Total pembibitan cendana dan kayu merah adalah 500 anakan. Dengan rincian 400 anakan cendana dan 100 anakan kayu merah
4.3.3. Total Penerimaan
Total penerimaan dari tanaman cendana dan kayu merah merupakan perkalian antara jumlah bibit dengan harga bibit. Harga jual bibit cendana yang ditetapkan adalah Rp 10.000/polibag sedangkan bibit kayu merah dijual dengan harga Rp 5.000/polibag.
Total penerimaan = Jumlah bibit × Harga jual / Polibag
Sehingga total penerimaan dari cendana        = 400× Rp 10.000
                                                                        = Rp 4000.000
Sedangkan total penerimaan dari kayu merah = 100 × Rp 5.000
                                                                         = Rp 500.000
Sehingga total penerimaan (jumlah penerimaan cendana + jumlah penerimaan kayu merah) kegiatan PUM ini adalah Rp 4.500.000.
4.3.3. Keuntungan
Keuntungan merupakan pengurangan antara total hasil produksi dan total biaya produksi. Sehingga keuntungan yang didapat dari PUM ini adalah:
            = Rp 4.500.000 – Rp 340.000
            = Rp 4.160.000
Jadi, keuntungan yang diperoleh dalam PUM dengan budidaya pembibitan cendana dan kayu merah adalah sebesar Rp 4.160.000
4.3.4 Analisis usaha
Analisis kelayakan usaha merupakan suatu parameter untuk mengetahui apakah usaha pembibitan cendana dan kayu merah ini layak dilakukan. Analisis ini menggunakan R/C Ratio, dimana apabila hasil analisis memperoleh nilai > 1 maka secara ekonomi usaha layak dijalankan atau dikembangkan. Sebaliknya, apabila R/C Ratio memperoleh nilai < 1 maka usaha ini tidak layak dikembangkan atau dilaksanakan. Analisis R/C Ratio merupakan perbandingan antara total pendapatan dengan total biaya produksi dengan persamaan :
R/C Ratio = Total Pendapatan : Total Biaya Produksi
Berdasarkan perhitungan, hasil R/C ratio usaha pembibitan cendana dan kayu merah adalah:
 = Rp 4.160.000 : Rp 340.000
 = Rp. 12,2
Dengan demikian usaha ini layak secara ekonomi untuk dilaksanakan karena biaya yang diinvestasikan 1 akan menghasilkan Rp 12,2


BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1.Hasil Pembibitan Tanaman Cendana (Santalum album) Dan Kayu Merah (Pterocarpus indicus)
5.1.1        Tanaman Cendana (Santalum album)
Perbanyakan tanaman cendana dilakukan secara generatif yaitu perbanyakan menggunakan biji atau benih. Benih cendana yang ditanam sebanyak 418 biji. Dimana perbanyakan dilakukan di bedeng tabur kemudian dipindahkan ke polybag. Benih cendana mulai ditanam pada tanggal 1 November 2017. Rekapitulasi pertumbuhan cendana dapat dilihat pada tabel.
Tabel 4.Pertumbuhan Tanaman Cendana
Jenis Tanaman yang ditanam
Jumlah yang ditanam
Jumlah yang hidup
Jumlah yang mati
Cendana
418
413
5
Berdasarkan tabel 2 diatas diketahui bahwa jumlah cendana yang ditanam adalah 418 benih, dan jumlah benih yang hidup sebanyak 415 serta yang mati sebanyak 3 tanaman. Adapun persentase tumbuh tanaman cendana dihitung dengan persamaan berikut.
% Tumbuh Kecambah =
=413/418 x 100%
= 98,80 %
Jadi persentase tumbuh untuk tanaman cendana adalah 98,80 %. Sedangkan persentase mati tanaman cendana adalah :
% mati cendana=
= 5 / 418 × 100 %

=1,196 %
Jadi persentase mati tanaman cendana adalah 1,196%


5.1.2        Tanaman kayu Merah
Perbanyakan tanaman kayu merah dapat dilakukan secara generatif dan vegetatif. Dalam kegiatan pum ini perbanyakan tanaman kayu merah dilakukan secara generatif dimana menggunakan biji atau benih kayu merah. Jumlah biji kayu merah yang ditanam sebanyak 100 biji, dimana perbanyakan dilakukan langsung pada polybag. Benih kayu merah mulai ditanam pada tanggal 5 November 2017. Rekapitulasi pertumbuhan tanaman kayu merah dapat dilihat pada tabel.
Table 5. Pertumbuhan Tanaman Kayu Merah
Jenis tanaman yang ditanam
Jumlah yang ditanam
Jumlah yang tumbuh
Kayu merah
100 polibag
100 anakan
Berdasarkan tabel 3 diatas diketahui bahwa jumlah kayu merah yang ditanam adalah 100 benih, dan jumlah benih yang hidup sebanyak 100 sedangkan jumlah benih yang mati tidak ada. Adapun persentase tumbuh tanaman kayu merah yang dihitung dengan persamaan berikut.
% Tumbuh kayu merah =
= 100 / 100 × 100%
=100 %
Jadi, Setelah melakukan kegiatan pembibitan tanaman kayu merah (Pterocarpus indicus willd), persentase tumbuh untuk kayu merah adalah 100 %.
5.2.Teknik Budidaya Tanaman Cendana (Santalum album) Dan Tanaman Kayu Merah (Pterocarpus indicus)
5.2.1.      Tanaman Cendana
Kegiatan yang dilakukan dalam teknik budidaya tanaman cendana (Santalum album) meliputi penentuan lokasi, pembersihan lokasi, pembuatan bedeng persemaian, persiapan media, pengisian polybag, penataan polybag, pembuatan bedeng tabur, perlakuan benih, penyemaian benih, penanaman inang di dalam polybag, penyapihan dan pemeliharaan. Syarat lokasi persemaian untuk cendana yaitu harus dekat dengan sumber air, dan juga dekat dengan jalan sehingga mudah untuk diakses dan mudah melakukan pengontrolan. Untuk lokasi persemaian yang dilakukan dalam kegiatan PUM ini sudah baik, karena sesuai dengan persyaratan yang ada.
Setelah menentukan lokasi persemaian maka dilakukan pembersihan terhadap lokasih tersebut. Tujuan dari pembersihan lokasi yaitu agar pada saat proses pembibitan tidak ada tanaman pengganggu lainnya yang dapat merusak tanaman cendana. Setelah proses pembersihan lokasi selesai maka dibuat bedeng persemaian tanaman cendana. Ukuran bedeng cendana adalah 2 m × 1 m. Bedeng yang disiapkan ini adalah bedeng untuk penanaman biji cendana secara langsung di polybag. Selain itu, juga dibuat bedeng tabur dengan ukuran 60 cm x 30 cm. Bedeng ini disiapkan untuk pendederan biji cendana, yang mana bibit hasil pendederan ini akan disiapkan untuk penyulaman benih yang gagal tumbuh atau yang telah tumbuh namun kemudian mati.
Gambar 1. Bedeng
Dalam teknik pembudidayaan tanaman cendana ada beberapa media yang disiapkan antaralain tanah, pasir, bokasih dan polybag yang berukuran 10 ×12. Media semai adalah media yang digunakan untuk membuat bibit cendana. Perbandingan media tanah, pasir dan bokasih dalam pembudidayaan cendana yaitu 3 :1 : 1. Untuk pembuatan media ini tidak dilakukan perlakuan khusus, karena dilihat dari tanaman tersebut mampu hidup didaerah yang berbatu sehingga tidak dibutuhkan perbandingan media yang khusus. Selain itu untuk menekan biaya produksi. Setelah media disiapkan, kegiatan berikutnya adalah pengisian polybag. Polybag diisi media sampai tersisa kurang lebih 1 cm dari tinggi total polibag agar pada saat penyiraman tanah-tanah tidak langsung terpercik keluar dari polybag, lalu disiram untuk memudahkan penyemaian benih. Penataan polybag dilakukan padasaat polybag diisi dengan media tanam. Tujuan penataan polybag yaitu agar bentuk persemaian dapat terlihat rapih dan dalam proses pemeliharaan lebih mudah dilakukan.
Perlakuan benih merupakan suatu proses kegiatan dalam pembudidayaan cendana, perlakuan benih bertujuan untuk merangsang benih cendana agar proses perkecambahan lebih cepat. Perlakuan benih dilakukan setelah semua media tanam telah diisi pada polybag. Perlakuan benih dilakukan dengan cara merendam benih cendana didalam air dingin selama 12 jam, setelah itu dikering anginkan selama 12 jam. Langkah ini diulangi sebanyak 3 kali. Pada hari ketiga, dilakukan pemisahan antara benih yang baik dan yang buruk. Kriteria benih yang rusak adalah apabila benih tersebut terapung. Pada perlakuan ini hanya terdapat beberapa benih yang rusak. Tujuan dilakukan perendaman adalah untuk mempercepat proses perkecambahan dan sebagai cara memisahkan benih yang baik dengan benih yang rusak.
Gambar 2. Perendaman benih             Gambar 3. Pengeringan benih
Penyemaian benih cendana dilakukan setelah benih tersebut telah diberikan perlakuan terlebih dahulu. Benih cendana disemaikan dalam bentuk penanaman langsung benih di polybag, dimana masing-masing polybag ditanam satu benih saja. Benih ditanam pada kedalaman kira-kira 1 cm dari atas permukaan polybag, hal ini karena apabila benih ditanam terlalu dalam maka akan memperlambat proses perkecambahan benih. Selain itu benih juga ditabur di bedeng tabur. Benih yang disemaikan di bedeng tabur dimaksudkan untuk penyulaman bibit dari benih yang langsung ditanam di polybag.
Tanaman inang merupakan tanaman yang dapat membantu dalam menyuplai unsur hara dari dalam tanah melalui akar untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman cendana (Santalum album). Tanaman yang digunakan sebagai inang cendana adalah kerokot. Jenis tanaman kerokot ini dapat ditanam disamping tanaman pokok (cendana) ketika sudah mencapai umur 3-4 minggu, karena pada umur tersebut tanaman cendana sudah mulai berkecambah.
Penyapihan merupakan kegiatan memindahkan tanaman cendana di dalam bedeng tabur ke polybag , penyapiahan yang dilakukan dalam pembudidayaan tanaman cendana ini hanya sebagai pengganti tanaman yang mati pada polybag. Penyapihan benih cendana ini yaitu berupa penyulaman. Penyulaman adalah kegiatan menggantikan kembali tanaman yang mati atau pertumbuhannya kerdil. Kegiatan penyulaman ini dilakukan dengan mengambil bibit yang ada pada bedeng tabur lalu ditanam pada polybag yang tanamannya sudah mati.
Gambar 4. Proses penyulaman
Untuk menjaga dan mempertahankan pertumbuhan tanaman cendana maka dilakukan kegiatan pemeliharaan. Kegiatan yang dilakukan dalam pemeliharaan meliputi penyiraman, penyiangan, pemangkasan inang primer dan pengedalian terhadap hama dan penyakit. Penyiraman bibit cendana dilakukan 2 kali sehari pada pagi dan sore hari. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor.
Gambar 5. Penyiraman.
Dalam kegiatan pemeliharaan tanaman cendana juga dilakukan kegiatan penyiangan. Penyiangan adalah kegiatan membersihkan rumput/gulma yang tumbuh disekitar pembibitan cendana ataupun di dalam polybag. Rumput/tanaman pengganggu tersebut dapat menghambat pertumbuhan bibit cendana apabila tidak dibersihkan. Tanaman cendan juga sangat membutuhkan cahaya matahari dalam proses fotosintesis. Oleh karena itu tanaman cendana harus mendapat cahaya matahari yang cukup.Untuk mengatasi agar tanaman cendana dapat memperoleh cahaya yang cukup maka dilakukan pemangkasan pada inang primer atau krokot.
Gambar 6. Pemangkasan krokot
Tahap pemeliharaan selanjutnya adalah pengendalian hama dan penyakit. Hama yang menyerang tanaman cendana yaitu hama semut. Semut menyerang tanaman di disaat tanaman mulai berkecambah dengan memakan batang tanaman. Pemberantasan hama semut dilakukan secara manual yaitu dengan cara memindahkan sementara polybag ketempat yang lain. Tujuan pemindahan polybag tersebut Dengan maksud agar tempat yang terserang semut itu menjadi kering, karena jika tempat tersebut kering maka semut juga akan hilang atau pindah ketempat yang lain, karena semut sangat suka dengan tempat yang kelembapannya tinggi.
5.2.2.      Teknik budidaya tanaman kayu merah
Kegiatan yang dilakukan dalam teknik budidaya tanaman kayu merah (Ptercarpus indicus) meliputi penentuan lokasi, pembersihan lokasi, pembuatan bedeng persemaian, persiapan media, pengisian polybag, penataan polybag, pembuatan bedeng tabur, pengunduhan benih perlakuan benih, penyemaian benih, penyapihan dan pemeliharaan. Syarat lokasi persemaian untuk kayu merah yaitu harus dekat dengan sumber air, dan juga dekat dengan jalan sehingga mudah untuk diakses dan mudah melakukan pengontrolan.
Setelah menentukan lokasi persemaian maka dilakukan pembersihan terhadap lokasih tersebut. Tujuan dari pembersihan lokasi yaitu agar pada saat proses pembibitan tidak ada tanaman pengganggu lainnya yang dapat merusak tanaman kayu merah. Setelah proses pembersihan lokasi selesai maka dibuat bedeng persemaian tanaman kayu merah. Ukuran bedeng kayu merah sama dengan ukuran bedeng cendana yaitu 2 m × 1 m. Bedeng yang disiapkan ini adalah bedeng untuk penanaman biji kayu merah secara langsung di polybag.
Dalam teknik pembudidayaan tanaman kayu merah ada beberapa media yang disiapkan antaralain tanah, pasir, bokasih dan polybag yang berukuran 10 ×15. Media semai adalah media yang digunakan untuk membuat bibit kayu merah. Perbandingan media tanah, pasir dan bokasih dalam pembudidayaan kayu merah yaitu 3 :1 : 1.. Setelah media disiapkan, kegiatan berikutnya adalah pengisian polybag. Polybag diisi media sampai tersisa kurang lebih 1 cm dari tinggi total polibag agar pada saat penyiraman tanah-tanah tidak langsung terpercik keluar dari polybag, lalu disiram untuk memudahkan penyemaian benih. Penataan polybag dilakukan padasaat polybag diisi dengan media tanam. Tujuan penataan polybag yaitu agar bentuk persemaian dapat terlihat rapih dan dalam proses pemeliharaan lebih mudah dilakukan.
Dalam proses pembudidayaan kayu merah ada beberapa proses inti yang dilakukan sebelum tanaman kayu merah ditanam dalam polybag. Untuk memperoleh benih yang bagus maka benih kayu merah harus di undu langsung dari pohonnya. Pengunduhan benih kayu merah tidak boleh diunduh dari lantai hutan, karena benih yang sudah berada di laintai hutan kemungkinan besar sudah diserang oleh serangga atau bakteri lainnya. Benih yang sudah diunduh maka dilakukan ekstrasi benih.
Ekstrasi benih dilakukan dengan cara menggunting kulit buah pada setiap sisi buah, ekstrasi yang kita lakukan hanya sebatas menggunting kulit buah tidak sampai biji dikeluarkan dari kulit, dengan syarat jangan sampai biji yang didalam kulit tergunting jika sampai tergunting biji tersebut tidak bisa tumbuh. Setelah proses ekstrasi benih selesai maka dilakukan perlakuan terhadap benih kayu merah.
Perlakuan benih merupakan suatu proses kegiatan dalam pembudidayaan kayu merah, perlakuan benih bertujuan untuk merangsang benih kayu merah agar proses perkecambahan lebih cepat. Perlakuan benih dilakukan setelah semua media tanam telah diisi pada polybag. Perlakuan benih dilakukan dengan cara merendam benih kayu merah didalam air dingin selama ±30 menit. Tujuan dilakukan perendaman adalah untuk mempercepat proses perkecambahan dan sebagai cara memisahkan benih yang baik dengan benih yang rusak.
Gambar 7. Perendaman benih            
Penyemaian benih kayu merah dilakukan setelah benih tersebut telah diberikan perlakuan terlebih dahulu. Benih kayu merah disemaikan dalam bentuk penanaman langsung benih di polybag, dimana masing-masing polybag ditanam satu benih saja. Benih ditanam pada kedalaman kira-kira 1 cm dari atas permukaan polybag, hal ini karena apabila benih ditanam terlalu dalam maka akan memperlambat proses perkecambahan benih.
Untuk menjaga dan mempertahankan pertumbuhan tanaman kayu merah maka dilakukan kegiatan pemeliharaan. Kegiatan yang dilakukan dalam pemeliharaan meliputi penyiraman, penyiangan,pemangkasan daun dan pengedalian terhadap hama dan penyakit. Penyiraman bibit kayu merah dilakukan 2 kali sehari pada pagi dan sore hari. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor. Dalam kegiatan pemeliharaan tanaman kayu merah juga dilakukan kegiatan penyiangan. Penyiangan adalah kegiatan membersihkan rumput/gulma yang tumbuh disekitar pembibitan kayu merah ataupun di dalam polybag. Rumput/tanaman pengganggu tersebut dapat menghambat pertumbuhan bibit kayu merah apabila tidak dibersihkan. Selain pembersihan rumput ada juga kegiatan pemangkasan daun dari tanaman kayu merah. Pemangkasan daun bertujuan untuk mengurangi penguapan, sehingga sangat diperlukan pemangkasan daun pada kayu merah agar tanaman kayu merah bisa tumbuh subur dan penguapannya berkurang.
Gambar 8. Pemangkasan daun kayu merah
Tahap pemeliharaan selanjutnya adalah pengendalian hama dan penyakit. Hama yang menyerang tanaman kayu merah yaitu hama semut dan belalang . Semut menyerang tanaman di disaat tanaman mulai berkecambah dengan memakan batang tanaman, sedangkan untuk belalang menyerang kayu merah dengan memakan daun pada kayu merah. Pemberantasan hama semut dan belalang dilakukan secara manual yaitu untuk hama semu cara pemberantasannya yaitu dengan cara memindahkan sementara polybag ketempat yang lain. Tujuan pemindahan polybag tersebut Dengan maksud agar tempat yang terserang semut itu menjadi kering, karena jika tempat tersebut kering maka semut juga akan hilang atau pindah ketempat yang lain, karena semut sangat suka dengan tempat yang kelembapannya tinggi. sedangkan untuk belalang langsung dimatikan karena jika dibiarkan maka dapat merusak tanaman kayu merah dengan jumah yang banyak.
5.3.Analisis Usaha Tanaman Cendana dan Kayu merah
5.3.1.      Analisis usaha Cendana
Analisis usaha bertujuan untuk mengetahui seberapa besar keuntungan yang diperoleh serta biaya yang dilakukan dalam melakukan usaha pembibitan tanaman cendana. Biaya dikeluarkan terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.


1.      Biaya Tetap
Biaya tetap merupakana jenis biaya yang tidak berubah dan bukan fungsi dari perubahan volume produksi. Dengan demikian, rincian biaya variabel sebanyak 1 kali produksi.
Tabel .6. Anggaran dana yang dibutuhkan dalam biaya tetap
No
Alat
Jumlah ( unit )
Total Harga ( Rp )
1
Gunting
1
10.000
Total

10.000

2.      Biaya variabel
Biaya variabel merupakan biaya yang digunakan dan totalnya selalu tidak tetap atau berubah- ubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan usaha besar kecilnya biaya variabel dipengaruhi oleh besar kecilnya biaya produksi.
Table 7. Rincian Biaya Variabel Pembibitan Tanaman Cendana
No
Nama Bahan
Jumlah Satuan
HargaSatuan
(Rp)
Total Harga
(Rp)
1
Tanah
39,8668 m3
25.000
25.000
2
Pasir
9,97307 m3
25.000
25.000
3
Pupuk Bohkasi
9,99847 m3
50.000
50.000
4
Benih Cendana
½ kg
200.000
200.000
5
Polybag ukuran 10x12
1 kg
30.000
30.000
Jumlah
330.000

3.      Analisis Usahatani Tanaman Cendana
a. Jumlah tanaman tumbuh      =  413 pohon
b. Total biaya produksi           =  Biaya Tetap + Biaya Variabel
                                                 = Rp.10.000 +Rp. 330.000
                                                 =  Rp 340.000
c. Harga pokok produksi         = (Biaya Produksi/Jumlah Produksi)
                                                 = Rp. 340.000/413 pohon
d. Harga Jual                           = Rp. 10.000
e. Penerimaan                           = (Jumlah Produksi x Harga Jual)
                                                 = 413 pohon x Rp.10.000
                                                 = Rp. 4.130.000
f. Keuntungan                                      = Penerimaan – Biaya Produksi
                                                 = Rp4.130.000 – 340.000
                                                 = Rp. 3.790.000
g. B/C Ratio                             = Penerimaan / Total Biaya
                                                 = Rp. 4.130.000 / 340.000
                                                 = Rp. 12,14
Bentuk analisis usahatani pembibitan cendana yang dilakukan dalam PUM ini adalah sebagai berikut .Analisis kelayakan usaha pembibitan tanaman cendana dapat dihitung dengan menggunakan Analisis B/C (Benefit/Cost Rasio).
B/C Ratio merupakan suatu ukuran perbandingan antara total keuntungan dikurangi dengan hasil produksi, sehingga diketahui kelayakan usaha. Apabila nilai B/C Ratio > 1, maka usaha tersebut layak secara ekonomi untuk dikembangkan; artinya bahwa Benefit/Cost Ratio sama dengan 1, maka usaha tersebut dikatakan impas ( tidak untung dan juga tidak rugi).
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari kegiatan Proyek Usaha Mandri (PUM) dalam kegiatan perbanyakan tanaman cendana (Santalum album Linn.), penulis mendapatkan ilmu dan pengetahuan tentang bagaimana cara untuk memperoleh hasil yang lebih baik dengan metode perlakuan benih sebelum ditanam. Pada dasarnya penulis belum pernah mengetahui tentang budidaya tanaman cendana (Santalum album Linn.) yang baik, akan tetapi hasil yang diperoleh dalam pelaksanaan ini menunjukan bahwa dengan tingkat persentase yang tinggi, penulis sudah mampu melaksanakannya dengan baik dan benar.
5.3.2.      Analisis Usaha Tanaman kayu merah
Analisis usaha bertujuan untuk mengetahui seberapa besar keuntungan yang diperoleh serta biaya yang dilakukan dalam usaha pembibitan tanaman kayu merah Biaya dikeluarkan terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap dan biaya variabel .
Tabel 8. Biaya variabel tanaman kayu merah
No
Nama Bahan
Jumlah Satuan
HargaSatuan
(Rp)
Total Harga
(Rp)
1
Tanah
39,8668 m3
25.000
25.000
2
Pasir
9,97307 m3
25.000
25.000
3
Pupuk Bohkasi
9,99847 m3
50.000
50.000
4
Benih kayu merah
½ kg
50.000
50.000
5
Polybag ukuran 10x15
½ kg
15.000
15.000
Jumlah
165.0000

a. Jumlah tanaman tumbuh     =100 Pohon
b. Total biaya produksi           = Biaya tetap + Biaya variabel
                                                = Rp. 10.000 + Rp.165.000
                                                = Rp.175.000
c. Harga pokok produksi         = (Biaya produksi / Jumlah produksi
                                                = Rp. 175.000 / 100 pohon
                                                = Rp. 1.750 / pohon
d. Harga jual                           = Rp. 10.000
e. Penerimaan                          = (Jumlah produksi x Harga jual)
                                                = 100 pohon x Rp. 10.000
                                                = Rp. 1000.000
f. Keuntungan                         = Penerimaan – Biaya Produksi
                                                = Rp. 1.000.000 – Rp. 175.000
                                                = Rp. 825.000
g. B/C Ratio                            = Penerimaan / Total Biaya
                                                = Rp. 1000.000 / Rp175.000
=5,71
Bentuk analisis usahatani pembibitan kayu merah yang dilakukan dalam PUM ini adalah analisis kelayakan usaha pembibitan tanaman kayu merah dapat dihitung dengan menggunakan Analisis B/C (Benefit/Cost Rasio).
B/C Ratio merupakan suatu ukuran perbandingan antara total keuntungan dikurangi dengan hasil produksi, sehingga diketahui kelayakan usaha. Apabila nilai B/C Ratio > 1, maka usaha tersebut layak untuk dikembangkan; artinya bahwa Benefit/Cost Ratio sama dengan 1, maka usaha tersebut dikatakan impas (tidak untung dan juga tidak rugi).
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari kegiatan Proyek Usaha Mandri (PUM) dalam kegiatan perbanyakan tanaman kayu merah (Pterocarpus indicus Willd.), penulis mendapatkan ilmu dan pengetahuan tentang bagaimana cara untuk memperoleh hasil yang lebih baik dengan metode perlakuan benih sebelum ditanam. Pada dasarnya penulis belum pernah mengetahui tentang budidaya tanaman kayu merah (Pterocarpus indicus willd ) yang baik, akan tetapi hasil yang diperoleh dalam pelaksanaan ini menunjukan bahwa dengan tingkat persentase yang tinggi, penulis sudah mampu melaksanakannya dengan baik dan benar.
5.4. Hambatan Hambatan Dalam Pembudidayaan Tanaman Cendana (Santalum album) Dan Tanaman Kayu Merah (Pterocarpus indicus)
5.4.1.      Tanaman Cendana
Adapun hambatan-hambatan yang ditemukan selama kegiatan PUM yang dapat menghambat pertumbuhan dari tanaman cendana. Jenis hambatan tersebut diperoleh dari hama penyakit dan juga dari alam antara lain:
1.      Kelembaban tinggi menyebabkan akar tanaman membusuk
2.      Keasaman hujan yang tinggi menyebabkan daun menjadi kuning dan akhirnya mati
Gambar 9. Pertumbuhan Cendana
Pertumbuhan cendana sangat dipengaruhi oleh iklim. Cendana yang ditanam persentase tumbuhnya sangat sedikit, banyak tanaman mati yang disebabkan oleh kelebihan air hujan yang menyebabkan akar cendana menjadi busuk, daun mengering dan kemudian mati. Selain itu, terjadi kekuningan pada daun-daun cendana yang disebkan oleh zat asam yang terlalu tinggi. Tanaman tidak mendapatkan sinar matahari penuh karena ditanam pada musim hujan dan letak persemaian yang berada di sekitar pohon - pohon dimana pada musim hujan daun-daun pohon akan menghambat cahaya matahari untuk menembus ke persemaian. Selain kondisi lingkungan faktor yang menghambat pertumbuhan tanaman cendana yaitu hama semut dan bekicot yang memakan batang tanaman sehingga tanaman terlihat seperti putus.
 
 Gambar 10. Daun Menguning                     Gambar 11. Busuk akar
5.4.2.      Hambatan pada tanaman kayu merah
Faktor yang menghambat pertumbuhan Kayu merah adalah tanaman terserang hama belalang yang memakan daun-daun tanaman hingga berlubang. Selain itu, dalam pertumbuhannya  tanaman Kayu merah tidak mendapatkan cahaya matahari secara penuh karena terhalang oleh pohon- pohon yang tumbuh di sekitar pembibitan kayu merah
Gambar 12. Pertumbuhan Kayu Merah
BAB VI
PENUTUP
6.1.Kesimpulan
Berdasarkan hasil kegiatan PUM dan pembahasan maka dapat disimpukan sebagai berikut
1.      Teknik budidaya tanaman cendana (Santalum abum) meliputi kegiatan penentuan lokasi, pembersihan lokasi, pembuatan bedeng persemaian, persiapan media, pengisian polybag, penataan polybag, pembuatan bedeng tabur, perlakuan benih, penyemaian benih, penanaman inang di dalam polybag, penyapihan dan pemeliharaan, dengan persentase tumbuh adalah 98,80% sedang untuk teknik budidaya tanaman kayu merah meliputi tahapan kegiatan yang hampir sama kecuali penanaman inang dan penyapihan itu yang tidak dilakukan dalam pembudidayaan kayu merah.untuk presentasi dari tanaman kayu merah adalah 100%
2.      Berdasarkan hasil yang diperoleh dari kegiatan Proyek Usaha Mandri (PUM) dalam kegiatan perbanyakan tanaman cendana (Santalum album Linn.),dan tanaman kayu merah (Pterocarpus indicus) maka tanaman cendana dan kayu merah layak diusahakan karena memiliki B/C Ratio > 1 maka usaha tersebut layak untuk dikembangkan
6.2.Saran
a)      Disarankan agar kegiatan PUM dimulai pada musin panas sehingga tidak menyebabkan banyak tanaman mati.
b)      Lokasi persemaian disarankan tidak berada dibawah pohon karena pada musim hujan tanaman sangat susah untuk mendapatkan sinar matahari, lokasi persemaian diusahakan pada daerah yang terbuka.


DAFTAR PUSTAKA

Abidin. 1985. Dasar dasar pengatahuan tentang zat pengatur tumbuh .Angkasa.Bandung
Anonim 2008 Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat. Sono kembang (Pterocarpus indicus Will). www.dishut.jabarprov.go.id. Diakses 30 Mei 2011
Anonim. 2009 BPS NTT. Biro Pusat Statistik  Provinsi Nusa Tenggara Timur 2009. Nusa Tenggara Timur dalam angka 2,mb009. BPS NTT.Kupang: percetakan CV Natalia.
Anonim. 2010 BPK KUPANG. (Balai Penelitian Kupang). Budidaya Cendana. Balai Penelitian Kehutanan Kupang. Kupang.
Barret, D.R. 1989. Santalum album (Indian Sandalwood) literature revview, Mulga Research Centre. Western Australian Institute of Technology.
Banoet, hh. 2001. Peranan Cendana Dalam Perekonomian NTT: Dulu dan Kini. Berita Biologi.Edisi Khusus.Vol 5.No.5. Pusat Penelitian Biologi, LIPI.
FWI/GFW. 2001.Keadaan hutan Indonesia. Bogor, Indonesia:forest watch Indonesia dan Washington D.C. :Global Forest Watch
Hamzah, Z. 1976. Sifat Silvika dan Silvikultur Cendana (Santalum album L.) di Pulau  Timor (Silvical Characteristics and Silviculture of Sandawood (Santalum album L.)
Hayati. 1990. Khasiat Adstringen dan Diuretik. Penelitian Jurusan Farmasi, FMIP, USU. Medan.
Hermawan R. 1993. Pedoman Teknis Budidaya Kayu Cendana (Santalum album Linn.). Bogor: Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Inangsi P.Frida. 2012. Profil kayu merah di Nusa Tenggara Timur .Warta cendana Edisi V No.2.Balai Penelitian Kehutanan Kupang.halam 7-11.
Isnawati Ani. 2006. Standarisasi Simplisia dan Ekstra etanol Daun Cembung (Blume balsamifera (L) Dari tiga tempat tumbuh, Media Litbang Kesehatan XVI No 2.
Joker, D. 2002. Kayu merah (Pterocarpus indicus willd) informasih singkat ben(ih No. 22 Mei 2002. Balai Perbenihan Tanaman Hutan Bali Dan Nusa Tenggara.
Jayusman, 2005. Pembibitan Tanaman Hutan.Yogyakarta. Graha Ilmu
Kasim, M. 2005. Penampilan bibit cendana (Santalum album) akibat pemberian pupuk kalium Klorida. Laporan penelitian.
Noerdjito, M.d I. maryanto (Eds.) jenis –jenis hayati yang dilindungi perundang –undangan Indonesia. Balitbang zoology (Museum Zoologicum Bogoriense), pustlitbang biologi- LIPI dan the nature conservation.
Rudjiman. 1987. Morfologi Tanaman Cendana (Santalum album).
Rahayu S. 2002. Cendana dan Strategi Pengembanganya. World Agroforestri Centre-ICRAF.Bogor
Surata, I.K. dan M.M. Idris. 2001. Status Penelitian Cendana di Propinsi Nusa Tenggara Timur. Berita Biologi Edisi Khusus Vol 5 .No.5. Pusat Penelitian Biologi LIPI.
 Tantra, IGM, 1983. Erosi plasma nutfah Nabati Dan masalah pelestariannya. Jurnal penelitian dan perkembangan pertanian. Bogor
Wind dan Riseuw 1950. Status Penelitian Cendana di Propinsi Nusa Tenggara Timur. Berita Biologi Edisi Khusus Vol 5 .No.5. Pusat Penelitian Biologi LIPI.
Wayan, I.dan M. Effendi. 1995. Pengaruh perendaman dan mediah kecambah terhadap perkecambahan benih kayumerah (Pterocarpus indicus Will). Santalum Vol.20. Balai penelitian kehutanan . Kupang.

Komentar